Healing

Akhir- akhir ini kata “healing” menjadi viral diantara kaum muda, tapi maknanya sudah direduksi sedemikian rupa menjadi sekedar jalan-jalan atau rekreasi untuk menghilangkan kejenuhan, bahkan tak sedikit diantara mereka dengan sangat mudah mengatakan, “saya butuh healing.” Sehingga  terkesan sebagai generasi yang rapuh, mudah menyerah dan hanya memikirkan kesenangan sesaat.

Jalan-jalan dan rekreasi tentu saja tidak salah, semua orang dalam batas tertentu juga membutuhkannya, tetapi janganlah menjadikan itu sebagai pelarian setiap kali merasa ada hal yang tidak beres. Dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah baru, sebab semua yang bersifat sementara cenderung membuat kita kecanduan.

Orang yang kecanduan sesuatu tidak pernah puas, dan dosisnya selalu bertambah terus. Hal itu akan menghabiskan bukan hanya waktu, melainkan juga uang. Hidup menjadi tidak produktif dan kemiskinan pun mengintai. Jika diteruskan akan menghancurkan hidup kita sendiri.

Apa sebenarnya makna healing itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, healing atau penyembuhan bermakna proses, cara, perbuatan menyembuhkan dan ‘pemulihan’. Penyembuhan atau pemulihan tidak hanya berkenaan dengan segi fisik seseorang, melainkan juga segi batiniahnya. Itulah dilakukan Tuhan Yesus. Ketika Ia menyembuhkan seseorang, Ia tidak hanya menyembuhkan tubuhnya, tapi keseluruhan dirinya secara holistik.

Markus 5:25-34 dikisahkan tentang seorang perempuan yang telah 12 tahun menderita pendarahan. Ia sudah menghabiskan uangnya untuk berobat ke pelbagai tabib, tapi tidak ada orang yang bisa menyembuhkannya.

Bagi orang Yahudi, menderita pendarahan bukan sekedar menderita penyakit fisik, melainkan juga seluruh keberadaannya sebagai manusia, sebab perempuan yang demikian dianggap najis dan tidak boleh bersentuhan dengan siapa pun agar tidak membuat orang lain menjadi najis juga.

Imannya bangkit setelah mendengar tentang munculnya Tuhan Yesus, seorang tokoh yang berkuasa menyembuhkan pelbagai macam penyakit, bahkan membangkitkan orang mati. Ia berkata dalam hatinya, “Asal kujamah saja jubah-Nya aku akan sembuh.”

Masalahnya adalah, bagaimana caranya menjamah Jubah Tuhan Yesus tanpa diketahui orang banyak dan tanpa bersentuhan dengan siapa pun, sedangkan begitu banyak orang disekeliling Tuhan Yesus. Jika mereka tahu, dia pasti diusir atau bahkan dihukum.

Meskipun demikian imannya memberinya keberanian menembus semua hambatan tersebut, berjalan mendekati Tuhan Yesus dari belakang sampai bisa menjamah jumbai jubah-Nya dan seketika itu juga pendarahannya berhenti dan ia sembuh.

Dia berpikir semua masalahnya sudah beres tanpa harus diketahui orang, tapi Tuhan Yesus tahu bahwa kesembuhan fisik saja tidak cukup. Luka di dalam batinnya karena selama 12 tahun harus menanggung “cap” najis, masih melekat padanya. Karena itu, sambil memandang ke sekeliling-Nya, Tuhan Yesus sengaja bertanya, “Siapa yg menjamah Aku?”

Tuhan Yesus tidak bermaksud memarahi atau mempermalukannya, apalagi menghukumnya, tapi perempuan itu menjadi takut dan gemetar, karena ternyata Tuhan Yesus mengetahui apa yang dia lakukan. Ia tersungkur di depan Tuhan Yesus dan menceritakan semua yang dia alami.

Siapa yang menyangka bahwa pengakuannya di depan Tuhan Yesus dan orang banyak itu justru menyembuhkan luka batinnya dan memerdekakan dia dari “cap” najis yang telah membelenggunya selama 12 tahun.

Bukan hanya itu,  perjumpaannya dengan Tuhan Yesus secara pribadi yang dia alami itu juga memulihkannya secara spiritual. Dengan kata lain, Tuhan Yesus telah menyembuhkan dan memulihkan hidupnya secara holistik. Itulah healing.

Siapa yang membutuhkan healing?

Banyak orang  berpendapat bahwa orang Kristen yang sudah lahir baru tidak membutuhkan healing, karena Tuhan Yesus sudah membayar lunas hutang dosa kita melalui salib-Nya dan semuanya sudah tuntas pada saat Tuhan Yesus berkata, “Sudah selesai!”

Namun, pada kenyataannya, secara status memang kita adalah anak-anak Allah, tapi diakui atau pun tidak, setiap orang  tidak kebal untuk terluka dan melukai, baik secara fisik, psikis, maupun spiritual, bahkan sejak kita masih berada di dalam kandungan, sebab kita adalah orang berdosa yang lahir dari keturunan orang berdosa. Selama masih hidup di dunia, semua orang percaya harus menjalani proses pengudusan.

Sayangnya, luka-luka di dalam batin sering kali tidak nampak seperti halnya luka-luka secara fisik. Itulah sebabnya, pelayanan penyembuhan dan pemulihan seringkali hanya menyentuh segi fisik.

Walaupun bisa dideteksi, yang nampak  dari luka-luka batiniah itu hanyalah gejalanya, misalnya mudah sekali marah, suka mencari kambing hitam, kecanduan, perasaan bersalah yang membelenggu, antara pikiran, perasaan dan tindakan tidak sinkron, dan lain-lain, tetapi bukan akar masalahnya. Untuk sampai ke akar masalah, kita membutuhkan pekerjaan Roh Kudus yang menyingkapkan kebenaran dalam batin.

Bagaimana caranya kita dipulihkan?

Pertama, Kita semua perlu membuka diri bagi pekerjaan Roh Kudus untuk menyingkapkan kebenaran mengenai diri kita sampai ke tempat-tempat yang tersembunyi dari kedalaman batin kita.

Mazmur 139:23-24 “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”

Orang yang sangat pelit bisa jadi memiliki pengalaman menyakitkan dalam hal keuangan. Lahir dari keluarga sangat miskin sehingga untuk makan pun tidak bisa, atau pernah ditipu orang sampai bangkrut, sehingga tanpa sadar menyimpan kemarahan terhadap orang tuanya yang tidak mencukupi kebutuhannya, terhadap si penipu yang menyebabkan bangkrut, atau bahkan terhadap Tuhan yang dia pikir menjadi penyebab dari semaunya itu, atau paling sedikit tidak menolongnya.

Orang yang sering melukai orang lain, mungkin sering atau pernah terluka dan masih menyimpan dendam, dan lain-lain.

Kedua, kita perlu mengakui dengan tulus dan jujur semua yang disingkapkan Roh Kudus dan menaruh semuanya di bawah salib Kristus.

Ketiga, kita perlu mengampuni siapa saja yang terlibat di dalam luka-lika batin kita secara spesifik.

Apa dampaknya setelah kita dipulihkan?

  1. Relasi kita dengan Tuhan dan sesama dipulihkan.
  2. Kita dimerdekakan dari belenggu luka-luka batin kita sehingga dapat menikmati sukacita sebagai anak-anak Allah
  3. Kita bertumbuh semakin serupa dengan Tuhan Yesus, sebab luka-luka batin yang menghambat pertumbuhan kita sudah disingkirkan.

Konklusi

Healing bukan sekedar pemulihan dari masalah kejenuhan, melainkan pemulihan jati diri kita sebagai anak-anak Allah yang telah rusak akibat dosa, dan hal itu tidak mungkin terjadi hanya dengan jalan-jalan atau rekreasi

Hanya perjumpaan pribadi dengan Allah dan pekerjaan Roh Kudus yang mentransformasi hidup kita dari dalam yang mampu memulihkan kita dalam arti yang sebenarnya.

Allah rindu memulihkan kita, agar kita memiliki hidup sejati yaitu keserupaan dengan Kristus. Apakah kita juga merindukannya? Berhentilah melarikan diri kepada hal-hal yang bersifat sementara dan carilah Tuhan, maka Ia akan memulihkan hidup kita secara holistik. Amin.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments