Bertempat di Aula Maria, di area Gereja Hati Kudus Yesus, Katedral Surabaya. Selasa malam setelah Misa di tanggal yang cantik “25022025” (25 Februari 2025), Bapa Uskup Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo membuka pameran Lukisan dalam rangkaian kegiatan Jubileum Seniman 2025. Pameran Lukisan ini bertajuk “Bishop’s Love Affair,” berupa galeri lukisan-lukisan reflektif karya Bapa Uskup yang akrab dipanggil Romo Didik, seorang imam, rohaniawan sekaligus seorang seniman. Lukisan-lukisan yang dipamerkan dengan gaya paduan antara realisme, naturalisme dan Impresionisme.
Acara dibuka dengan sambutan oleh ketua perancang pameran, Bapak Raphael Aris Utama (suami presenter terkenal Olga Lydia). Hadir pula perancang logo episkopal Bapa Uskup, Bertono Adi. Motto Diligere Sicut Christus Dilexit, yang artinya Mencintai Seperti Kristus Mencintai. Motto ini, terinspirasi dari Yohanes 17:26, yang menjadi landasan spiritual Romo Didik sejak tahbisan imamatnya pada tahun 1996.
Logo Episkopal ini meliputi, pertama: Gambar Kitab Suci terbuka (Kerygma). Kitab Suci terbuka yang mengundang untuk dibaca, dikunyah, dimengerti, dicintai, dihidupi, dan diwartakan. Kedua: Gambar kerang peziarah (Koinonia). Cangkang kerang bergaris-garis memusat menjadi satu merupakan lambang peziarahan manusia dari pelbagai latar belakang, pelbagai budaya, pelbagai titik berangkat, namun digerakkan oleh Roh yang sama berziarah menuju titik yang sama, yaitu kepada Kristus.
Ketiga: Gambar Tugu Pahlawan (Martyria). Tugu Pahlawan adalah symbol perlawanan bagi setiap penjajahan dan perbudakan, situs keberanian arek-arek Surabaya dalam merebut kemerdekaan. Keempat: Gambar telapak tangan memberi (Diakonia) Setiap bentuk kepedulian sosial, pemberian diri bagi pelayanan, perhatian bagi yang lemah, korban dan terpinggirkan adalah tindakan yang dilakukan kepada Yesus. “Apapun yang kamu lakukan bagi saudaraku yang kecil lemah, sakit, terbelenggu adalah kita lakukan kepada Kristus”.
Kelima: Gambar burung Pelikan memberi makan 3 anaknya. (Liturgia) Korban Kristus adalah Cinta Allah kepada manusia. Yesus adalah Allah yang memberikan diri bagi keselamatan manusia. Gereja yang dewasa adalah Gereja yang Ekaristis; Ekaristi adalah sumber dan puncak hidup Kristiani.
Galeri ini mengajak kita untuk mendalami panggilan Kristiani dalam mencintai sesama sebagaimana Kristus mencintai kita. Melalui karya seni lukis, simbol spiritual, refleksi Kitab Suci dan lambang Episkopal Bapa Uskup Surabaya. Acara ini terbuka untuk seluruh umat, komunitas kategorial, serta sekolah-sekolah Katolik di Keuskupan Surabaya.
Di antara karya lukisan di pameran ini, terdapat lukisan wajah Bapa Uskup terdahulu yang telah kapundut, menghadap sang Khalik, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono pada 10 Agustus 2023. Mgr. Vincentius menjadi sosok guru/mentor bagi Romo Didik semenjak panggilan mulanya menjadi imam, di Seminari Tinggi Praja Interdiocesan Giovanni di Malang pada tahun 1988/89.
Setiap lukisan memiliki cerita dan latar belakang. Lukisan BUNGA MAWAR ternyata hasil suatu kejadian spontan yang dialami oleh Bapa Uskup. Suatu ketika jari Bapa Uskup tersayat benda tajam, dengan spontan ia pun menggoreskan darah yang menetes di jemarinya di atas kanvas kecil. Terinspirasi dari luka itu, Bapa Uskup pun menambahkan guratan garis-garis di sekitar bekas goresan darah dalam kertas canvas, hingga akhirnya membentuk sebuah gambar dengan beberapa tangkai bunga mawar.
Mengapa mawar? Bapa Uskup menjelaskan bahwa mawar itu symbol keindahan, tapi mawar juga ternyata memiliki duri-duri. Artinya bahwa, di balik setiap duri, luka, penderitaan, pasti ada kebaikan, keindahan, cinta. Begitu pula di balik kebaikan atau cinta, pasti juga membutuhkan pengorbanan dan perjuangan. Dua hal itu tidak dapat dipisahkan.
Lukisan dengan judul SEGITIGA, menggambarkan simbol kesempurnaan menurut pemikir barat (Yunani) yang blasanya dilambangkan dengan angka tiga atau segitiga. Dalam Kristianitas, kesempurnaan itu adalah Allah Tritunggal, Trinitas. Gambar segitiga yang berukuran besar, yang terletak di tengah, dimaksudkan untuk menggambarkan Allah Trinitas itu sendiri. Di mana ada goresan warna merah, biru, kuning sebagal iman, harapan dan kasih. Di sekitarnya, terdapat gambar segitiga putih kecil di sekitar segitiga besar yang hendak melambangkan perjuangan kita yang senantiasa berupaya mendekat pada Allah. Akan tetapi dalam prosesnya, seringkali kita juga berulang kail jatuh dalam dosa, yang dilambangkan lewat coretan tinta hitam di antara sekitar segitiga besar dan segitiga kecil.
Lukisan dengan judul WANITA DAYAK ini, bila kita hanya sekilas saja melihat, bisa jadi kita salah menyangka bahwa lukisan adalah seorang pria. Ternyata, Bapa Uskup mengungkapkan lukisan ini hendak menggambarkan perjuangan seorang wanita Dayak yang tampak dalam raut wajah. Kecantikan wanita Dayak yang terpancar bersamaan dengan ketangguhan ini diterjemahkan lewat garis-garis ketegasan yang membingkai sebuah raut wajah.

Lukisian ini adalah salah satu ekspresi kekaguman Bapa Uskup pada Paus Fransiskus. Bahwa Paus Fransiskus sungguh memberi teladan nyata terhadap bagaiman membangun jembatan, bukan tembok. Lukisan ini terinspirasi dari salah satu momen penting perjumpaan Paus Fransiskus dengan Imam Besar Al-Azhar Ahmed el-Tayeb di Abu Dhabi tatkala bersama-sama menandatangani Dokumen Abu Dhabi tentang “Persaudaraan Manusia”. Fun fact: Bapa Uskup hanya membutuhkan waktu satu hari untuk menyelesaikan lukisan ini.
Masih banyak lukisan-lukisan dengan makna dan ceritanya tersendiri. Di Pameran ini juga ditampilkan kata-kata bijak dari Bapa Suci Fransiskus, dan dari Bapa Uskup. Kutipan ayat-ayat Kitab Suci, juga penjelasan Logo episkopal Mgr. Agustinus: “Diligere Sicut Christus Dilexit-Mencintai seperti Kristus Mencintai.” dengan tulisan/huruf-huruf yang ditata secara artistic, semakin menambah kedalaman sisi filosofi karya-karya lukisan Bapa Uskup. Pameran ini berlangsung hingga 23 Maret 2025, buka setiap hari di Aula Maria, Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya pukul 09:00 – 20:00 WIB.
