Natal tahun ini sebentar lagi kita peringati, tentunya seluruh umat Kristiani tengah sibuk mempersiapkan diri untuk merayakan Hari Kelahiran Tuhan Yesus Kristus Sang Juruselamat. Namun, apakah kita juga memperhatikan kasus kesehatan yang tengah terjadi saat ini? Ya, adanya trend kenaikan kasus Covid-19 akibat varian baru (Eris EG.5) dan masuknya kasus Pneumonia misterius yang disebabkan oleh jamur Mycoplasma pneumoniae.
Saat ini di Indonesia khususnya di Surabaya tengah memasuki musim penghujan, yang berarti pada musim tersebut mendukung sekali penularan Covid-19 dari satu orang ke orang lain.
Seperti kita ketahui, bahwa Covid-19 atau coronavirus disease-19 terjadi pertama kali di Kota Wuhan, China empat tahun silam tepatnya di Bulan Desember tahun 2019. Hingga detik ini, Covid-19 masih belum sepenuhnya dapat diatasi walaupun pelbagai usaha telah dilakukan. Saat ini tengah kembali diuji dengan munculnya kasus pneumonia misterius yang muncul di akhir bulan November menuju ke Desember 2023.
Pelbagai Upaya telah dilakukan Pemerintah Pusat untuk mengatasi Covid-19 dan kasus pneumonia misterius. Gereja pun telah melakukan beberapa perubahan dan membuat kebijakan-kebijakan baru, salah satunya adalah kebijakan atau anjuran ibadah online atau daring melalui live streaming. Namun, dengan adanya Masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) saat ini, beberapa gereja telah memutuskan membuka kembali ibadah offline atau onsite terlebih saat ini tengah akan memasuki minggu advent ketiga di tanggal 17 Desember 2023, dan advent keempat pada 24 Desember 2023.
Kebijakan tersebut diikuti dengan melonggarkan penggunaan masker atau dengan kata lain tidak perlu lagi menggunakan masker ketika berada dan beraktivitas di luar ruangan. Namun, sebaiknya kebijakan untuk melonggarkan penggunaan masker tersebut hendaknya perlu disoroti lagi oleh pihak gereja yang akan melakukan Ibadah Perayaan Natal secara onsite. Hal tersebut menyusul dengan peningkatan kasus Covid-19 varian Eris (EG.5) dan juga pneumoniae misterius yang diduga telah masuk ke Indonesia.
Kebijakan untuk kembali menggunakan masker merupakan salah satu hal yang menjadi concern, karena baik Covid-19 varian baru dan juga pneumoniae misterius dari China merupakan penyakit menular yang cara penularannya ditransmisikan dari seseorang ke orang lain melalui udara atau dikenal dengan ‘airborne transmission disease’.
Sorotan mengenai airborne atau partikel yang berada di udara karena terdapat banyak aktivitas di gereja yang berhubungan dengan produk-produk pernafasan, seperti droplet, aerosol, splatter, dan droplet nuclei, di mana produk-produk pernafasan tersebut dikeluarkan sekali pun orang tersebut dalam keadaan sehat.
Aktivitas yang dimaksud di sini adalah aktivitas bernyanyi yang dilakukan baik oleh pemimpin pujian (worship leader), singer, dan aktivitas khotbah oleh pendeta, evangelist, atau hamba Tuhan lainnya. Produk-produk tersebut dapat tetap berada di udara dalam jangka waktu tertentu sebelum terhirup atau terhisap oleh seseorang yang berada di dalam tempat dan waktu yang sama.
Sebelum terhirup, beberapa produk pernafasan tersebut juga dapat menempel pada permukaan-permukaan benda yang ada di sekeliling kita, sehingga dalam hal ini dapat dibedakan ke dalam dua garis besar moda penularan Covid-19. Moda pertama disebut moda penularan langsung di mana terjadi transmisi produk-produk pernafasan dari penderita ke orang lain yang susceptible, dan moda kedua disebut moda penularan tidak langsung yang terjadi akibat penyentuhan benda-benda di sekeliling orang tersebut, yang kemudian masuk ke dalam sistem pernafasan.
Mengingat bahwa di dalam gedung gereja terdapat pelbagai macam aktivitas yang padat, maka anjuran untuk bermasker atau kembali menggunakan masker seharusnya digalakkan kembali terlebih di dalam gedung gereja banyak terdapat variasi usia dan jenis kelamin. Begitu halnya dengan pneumoniae misterius yang diakibatkan oleh jamur Mycoplasma pneumoniae. Covid-19 dan Mycoplasma pneumoniae dapat dikatakan sebagai penyakit penular yang berbasis komunitas (community acquired transmission disease).
Kelompok-kelompok yang susceptible terhadap penyakit-penyakit ini adalah kelompok usia tua (lansia) dan kelompok anak-anak atau bayi karena pada kelompok lansia telah terjadi penurunan pada sistem imunitasnya, sedangkan pada kelompok anak-anak atau bayi sistem imunitasnya belum berkembang secara sempurna.
Tentunya pihak gereja memberikan himbauan kepada jemaat untuk menggunakan masker ketika berada di dalam gedung, serta membatasi aktivitas, seperti aktivitas makan, minum, dan lain-lainnya, Â karena pada aktivitas-aktivitas tersebut terjadi pembukaan masker yang memungkinkan produk-produk pernafasan itu masuk ke dalam tubuh. Selain itu, himbauan juga dapat dilakukan dengan membatasi jemaat yang ingin beribadah secara onsite. Bagi kelompok yang telah lanjut usia dan bagi anak-anak atau bayi disarankan tidak mengikuti ibadah secara onsite tetapi lebih ke arah ibadah secara online.
Memang ibadah secara online terkesan kurang ‘afdol’ tetapi hal tersebut dapat meminimalisir dan dapat mengurangi kemungkinan terpapar kedua penyakit yang saat ini tengah menjadi concern. Peningkatan kembali Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga perlu ditingkatkan karena kunci dari mengatasi kedua jenis penyakit tersebut adalah PHBS, yaitu: 1. Memakai masker ketika berada di luar rumah, 2. Mencuci tangan secara teratur atau berkala dengan menggunakan sabun atau hand sanitizer, dan 3. Menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya.
Mudah-mudahan kita tetap dapat merayakan minggu-minggu advent tersisa sampai dengan perayaan Natal yang merupakan Hari Kelahiran Tuhan Yesus Kristus Sang Juruselamat kita dalam keadaan sehat. Selamat Natal 2023 dan Selamat Memasuki Tahun Baru 2024. Semoga sehat selalu dan God Bless You.


