HomeParentingHaruskah Teknologi Menggantikan Peran Orang Tua?

Haruskah Teknologi Menggantikan Peran Orang Tua?

Miris nggak sih melihat anak usia di bawah lima tahun (balita) yang tidak mau dipisahkan dari gadget kesayangannya. Menjadi alasan klise ketika orang tua mengatakan ‘tidak tega’ jika anaknya tidak diperbolehkan main gadget. Sayangnya, bagi beberapa orang tua zaman now, fungsi gadget dianggap sebagai pengganti kebutuhan utama balita.

Hal itu makin menguatkan alasan saat orang tua hampir tidak punya waktu lagi mendampingi balita secara langsung. Padatnya pekerjaan dan kegiatan rutin orang tua mengalahkan tugas dan tanggung jawab terhadap anaknya. Bahkan demi kepentingan sendiri ada yang berkata, “kamu boleh main gadget sepuas kamu asal jangan ganggu waktu mama ya. . . ?

Teknologi dengan segala kecanggihan perangkat dan aplikasi memang mampu menggantikan pelbagai tugas manusia. Bahkan dalam hal tertentu, teknologi jauh lebih akurat serta efektif melakukan tugasnya ketimbang kerja manusia. Sebut saja kecanggihan robot, kombinasi perangkat keras dan perangkat keras yang disebut dengan Artifcial Intelligence (AI).

Kecanggihan teknologi ini dapat mempermudah orang dalam belajar, bekerja, mencari informasi hingga hiburan. Nyatanya kecanggihan teknologi ini justru sangat membantu kita melakukan segala aktivitas. Memang beberapa pekerjaan manusia bisa digantikan oleh robot, tetapi ingat bahwa masih banyak pekerjaan atau profesi yang tidak bisa digantikan oleh kecanggihan tersebut. Misalnya, arsitek, pengacara, seniman, tenaga kesehatan, atlit, guru, konselor, dan beberapa profesi lainnya.

Demikian pula dengan pendampingan orang tua kepada anaknya, tidak begitu saja dapat digantikan oleh robot atau pun teknologi. Tugas dan tanggung jawab ini membutuhkan kasih sayang nyata, kreativitas dalam mendidik, imajinasi, perasaan dan emosi.

Karena itu kita sebagai orang tua tidak bisa serta merta menggantikan fungsi kepada teknologi dalam mendidik atau mendampingi buah hati kita. Bukankah manusia dan teknologi harusnya dapat berjalan beriringan seperti sebuah simbiosis yang saling membutuhkan? Tak bisa menolak akan kemajuan teknologi yang ada, namun waktu kebersamaan itu bisa kita peroleh justru melalui teknologi yang tersedia.

Orang tua yang bijak tidak begitu saja menjauhan anak dari gadget dan teknologi, tetapi turut serta menggunakan bersama teknologi yang ada. Proses pendampingan itu harus tetap terjadi dan untuk menggapai semua itu, orang tualah yang dituntut belajar dan berubah jika ingin menjangkau anak generasi sekarang dengan segala fasilitas teknologinya.

Kita harus sadar bahwa ada kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam perkembangan anak yang tidak bisa lepas dari peran langsung orang tua, misalnya perkembangan biologis, mental dan emosional. Penanaman nilai-nilai yang berhubungan dengan karakter anak tidak bisa didapat melalui teknologi, tetapi melalui upaya bersama orang tua.

Bagaimana pun juga teknologi tak bisa dicegah dan justru terus berkembang. Kecanggihannya bahkan diluar apa yang kita bayangkan. Ada AI, Virtual Avatar, Virtual Reality (VR), Virtual Environment, chatGPT, dan akan terus muncul lagi yang baru.

Di masa yang akan datang, pekerjaan yang mengandalkan Intelligence Quotient (IQ) akan tergantikan oleh kecerdasan buatan alias robot. Hanya pekerjaan yang berdasar pada kreativitas, naluri serta emosi atau perasaan yang tidak mudah ditirukan oleh kecerdasan buatan. Tingkat Emotional Quotient (EQ) pada manusia kelak yang akan menentukan daya saing mereka.

Pentingnya Pola Didik

Anak adalah manusia yang punya naluri, perasaan, pola pikir, emosi dan kreativitas yang tidak bisa diterapkan pada robot. Karena itu tidak hanya IQ yang kita tonjolkan pada anak, tetapi banyak faktor lain yang harus kita berikan agar siap menghadapi kehidupan di masa mendatang.

Pola didik orang tua tidak bisa diabaikan. Seorang anak dari lahir bisa saja bertumbuh tanpa peran orang tua. Namun, tanpa adanya didikan dan pendampingan langsung akan menciptakan generasi yang ‘rapuh’. Apalagi menghadapi teknologi yang cepat berkembang ini.

Nilai-nilai kemanusiaan tidak bisa diciptakan melalui robot dan teknologi. Mereka sekedar alat atau perangkat pendukung pekerjaan dan aktivitas manusia. Justru semakin pesatnya perkembangan teknologi, nilai-nilai kemanusiaan harus semakin ditingkatkan. Di sinilah pola didik orang tua sangat memegang peranan penting.

Kemajuan teknologi yang terjadi harus diimbangi pola didik yang mengarah kepada aklak, etika, etos serta keimanan kepada Sang Pencipta. Hal inilah yang justru makin diintensitaskan agar anak tidak mudah terseret dalam rimba dunia maya. Biarlah dunia maya menjadi sarana dan bukan tempat menggantungkan hidup.

Karena itu modul pembelajaran harus tetap seimbang. Ingat, bahwa yang menciptakan teknologi adalah manusia itu sendiri. Tidak bisa kemudian orang tua menaruh harapan penuh pada teknologi dalam hal menggantikan perannya.

Segala sesuatu ada dan berkembang di dunia ini selalu menimbulkan dua sisi, yaitu kabaikan dan keburukan. Semua itu tergantung diri kita sendiri, manakah yang membawa manfaat dan manakah yang justru menjerumuskan. Karena itu kita diingatkan dalam Roma 12:2 TB, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments