HomeParentingPastoral Parenting: Kunci Membangun Keluarga yang Kuat

Pastoral Parenting: Kunci Membangun Keluarga yang Kuat

Hubungan orangtua dengan anak seringkali mengalami jalan buntu. Mulai dari gagal paham hingga ketidakcocokan masalah prinsip menjadi penyebab utama. Orangtua, apa yang harus dilakukan?

Setiap remaja seharusnya tahu pekerjaan orangtuanya. Mengapa? Karena mereka tinggal bersama dan dekat satu sama lain. Meski orangtua tidak selalu menjelaskan profesinya, anak-anak biasanya bisa menebak dari aktivitas sehari-hari atau cerita yang mereka dengar di rumah. Sebaliknya, orangtua juga tahu kebiasaan anak-anak mereka. Hal ini wajar karena mereka menghabiskan waktu bersama dan  saling mengenal dengan baik. Namun, ada kalanya hubungan ini tidak berjalan seperti yang diharapkan. Mungkin orangtua tidak memberikan informasi yang harusnya diketahui anak, atau anak tidak mencari tahu tentang pekerjaan orangtuanya. Ketidakcocokan ini terjadi karena kurangnya kedekatan dalam hubungan mereka sehari-hari.

Dalam dua bulan terakhir, ada beberapa laporan dari pendengar Radio Suara Surabaya mengenai anak hilang. Usia mereka antara 12-14 tahun. Mereka meninggalkan rumah selama lebih dari seminggu tanpa memberi kabar kepada orangtua. Ketika penyiar bertanya “Apakah ada yang terjadi di rumah?” jawaban orangtua hampir selalu “tidak ada” atau “semuanya baik-baik saja.” Jika semuanya baik-baik saja, mengapa mereka pergi tanpa pamit? Apalagi sampai ada kabar bahwa mereka bergabung dengan komunitas ‘punk’ yang berpindah-pindah kota.

Peran Orangtua Dalam Membentuk Karakter Anak

Jika orangtua berperan penting dalam perkembangan mental, moral dan spiritual anak, seharusnya anak memilih untuk tinggal serumah dengan orangtuanya, bukan? Kecuali, keadaan yang mendorong mereka nekat kabur adalah keberadaan orangtua yang hanya ada secara fisik, tanpa membangun hubungan emosional yang kuat.

Anak cenderung mencari pengganti hubungan itu di luar rumah, membangun idola atau mencari penerimaan dari lingkungan lain. Pengalaman menunjukkan bahwa seringkali orang tua gagal menjalankan peran pentingnya dalam mendukung perkembangan anak. Orangtua gagal menjalankan peran pastoralnya bagi anak. Mungkin mereka juga tidak menyadari betapa pentingnya peran tersebut.

Alkitab berbicara banyak tentang relasi orangtua dan anak. Amsal 22:6 menegaskan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Kitab Amsal ini merupakan kumpulan pengajaran yang secara khusus diberikan kepada kaum muda. Kata “didiklah” bermakna adanya hasil yang hanya bisa dilakukan ketika upaya terus menerus dilakukan. Artinya, keadaan yang “tidak akan menyimpang” pada orang muda merupakan proses panjang dari sikap orangtua yang bersedia mendidik orang muda sesuai jalan yang sepatutnya.

Tentu proses yang dilakukan terus menerus hanya bisa terjadi melalui kehadiran dan peran aktif orangtua dalam relasi dengan anak. “Kehadiran” menjadi kondisi yang harus dipenuhi untuk bisa melakukan perintah “didiklah” kepada anak. Artinya, pemenuhan kehadiran tidak akan berdampak baik, jika orangtua tidak mengerjakan bagiannya, yaitu mendidik anak. Dengan demikian kehadiran orangtua haruslah bersengaja untuk mendidik.

Pendampingan dan Pengajaran

Ulangan 6 ayat 4-9 berbicara mengenai pendidikan generasi selanjutnya dalam iman yang dimulai dari lingkungan keluarga. Orangtua dalam konteks ini, menerima perintah dan pengutusan di tengah beragam nilai yang mengancam kepercayaan dan moralitas keluarga. Orangtua menjalankan mandat pendampingan dan pengajaran kepada anak-anak mereka tentang Allah.

Bagian ini menekankan pentingnya penggembalaan orangtua terhadap anak-anak. Mengajak orangtua mengajarkan kebenaran dengan tegas dan konsisten. Dalam konteks ini, penggembalaan tidak hanya berarti memberikan pendidikan formal, tetapi juga membimbing anak dalam memahami nilai-nilai spiritual dan moral.

Orangtua diharapkan mengintegrasikan ajaran Allah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mereka dapat membicarakan nilai-nilai iman saat makan bersama atau saat beristirahat. Dengan cara ini, anak-anak tidak hanya mendengar ajaran, tetapi juga melihat contoh nyata perilaku orangtua.

Penggembalaan yang efektif menciptakan ikatan emosional yang kuat antara orangtua dan anak. Ini membantu anak merasa aman dan dicintai, sehingga mereka lebih terbuka untuk belajar dan tumbuh dalam iman. Dengan demikian, peran orangtua sebagai penggembala sangat vital dalam membentuk karakter dan spiritualitas anak.

Pastoral parenting merujuk pada pengasuhan dan bimbingan yang dilakukan orangtua dalam mendukung perkembangan emosional, sosial, dan spiritual anak. Pendekatan ini menekankan kesejahteraan holistik anak dengan memastikan bahwa kebutuhan pribadi dan emosional mereka terpenuhi di samping kebutuhan pendidikan.

Dalam praktiknya, pastoral parenting melibatkan penciptaan lingkungan rumah yang mendukung di mana anak-anak merasa dihargai dan aman. Orangtua didorong untuk terlibat dalam komunikasi terbuka, mendengarkan aktif anak-anak mereka, serta memberikan teladan perilaku positif. Gaya pengasuhan ini mendorong ketahanan dan harga diri pada anak-anak dalam menghadapi tantangan hidup, sambil mengembangkan kompas moral yang kuat.

 Yesus Adalah Gembala

Dalam Yohanes 10, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai “Gembala yang Baik” yang mengenal domba-domba-Nya, memberikan hidup-Nya bagi mereka, dan menuntun mereka menuju kehidupan yang berkelimpahan. Keteladanan Yesus ini menjadi panduan penting bagi orangtua Kristen dalam menjalankan tugas pastoral terhadap anak-anak mereka. Pertama, Yesus mengajarkan tentang pentingnya kepemimpinan yang penuh kasih dan pengorbanan. Sebagaimana Kristus menyerahkan hidup-Nya (Yohanes 10:11), orangtua dipanggil untuk menjalankan mandat pastoralnya bagi anak-anak mereka dengan penuh perhatian, perlindungan dan kasih sayang.

Kedua, Yesus mengenal domba-domba-Nya secara pribadi (Yohanes 10:14). Hubungan ini mencerminkan kedekatan yang saling mempercayakan. Dalam konteks keluarga, orangtua perlu mengenal kebutuhan, karakter, dan pergumulan anak-anak mereka. Melalui komunikasi terbuka dan empati, mereka menciptakan hubungan yang erat, penuh kasih, dan saling percaya. Semua dilakukan orangtua dalam rangka membimbing anak-anak ke jalan yang benar, dan mengenal Yesus (Yohanes 10:10).

Ketiga, Yesus memimpin dengan teladan (Yohanes 10:3-4). Orangtua dipanggil untuk “berjalan di depan” menjadi teladan iman dan moral, melalui kata-kata juga tindakan yang mencerminkan kasih, kebenaran, dan ketaatan kepada Tuhan.

Keempat, Yesus melindungi domba-domba-Nya dari bahaya (Yohanes 10:10). Orang tua bertanggung jawab menjaga anak-anak dari pengaruh buruk dunia, mengajarkan mereka membedakan yang benar dan salah berdasarkan Firman Tuhan.

Implikasi

Pastoral parenting tidak sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga mengarahkan anak kepada pertumbuhan spiritual. Orangtua berfungsi sebagai “imam keluarga,” mengajarkan doa, membaca Alkitab bersama, dan memupuk kebiasaan hidup yang berpusat pada Tuhan. Orangtua juga harus menyediakan lingkungan yang mendukung perkembangan iman, seperti memastikan anak terlibat dalam komunitas Kristen yang sehat. Selain itu, tugas pastoral orangtua mencakup memberikan disiplin dengan kasih. Seperti gembala yang membimbing dengan tongkat dan gada (Mazmur 23:4).

Orangtua memberikan arahan dan koreksi membangun tanpa kekerasan, tetapi penuh kasih. Ini membantu anak memahami batasan, tanggung jawab, dan konsekuensi moral dari tindakan mereka. Dengan kata lain, pastoral parenting tidak hanya tentang memberikan instruksi; tetapi juga memberikan kasih sayang yang sepatutnya. Anak-anak yang merasa dicintai dan dipahami lebih mudah menghadapi stres dan kesulitan.

Orangtua yang sabar dan mendengarkan aktif, membantu anak-anak mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka, memperbaiki hubungan emosional antara orangtua dan anak. Dengan memberikan contoh baik dan disiplin yang tepat, orangtua membantu anak-anak mengembangkan karakter yang kuat dan stabil. Dengan meneladani Yesus sebagai Gembala yang Baik, orangtua tidak hanya membimbing anak-anak menuju kedewasaan rohani, tetapi juga menjadi alat Tuhan dalam memperkenalkan kasih dan kebenaran-Nya kepada generasi berikutnya. (doc/brkt)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments