HomeTip KesehatanVaksinasi: Wujud Kepedulian dan Kasih Kepada Sesama

Vaksinasi: Wujud Kepedulian dan Kasih Kepada Sesama

PANDEMI Covid-19 telah mencapai titik kedaruratan disegala bidang dan tingkat masyarakat; sehingga dibutuhkan kepedulian bersama mengatasinya. Saat ini dunia sedang mengarahkan perhatian pada program vaksinasi global, selain upaya lain yang terus dikerjakan seperti penerapan protokol Kesehatan (5M, Iman-Imun-Aman dan 3 T: Tracing Testing Treatment) dan penelitian pengobatan Covid-19.

Vaksinasi penyakit menular bukan ditujukan untuk memperoleh kekebalan pribadi saja, tetapi terkait keselamatan orang lain bahkan seluruh bangsa. Melalui vaksinasi massal diharapkan sejumlah besar kelompok masyarakat menjadi kebal dan terbentuk kekebalan kelompok atau Herd Immunity sehingga pergerakan penularan dikurangi, rantai penularan terputus, dan orang-orang yang rentan tertular akan terlindungi. Kelompok orang yang telah imun akan melindungi dan membentengi mereka yang berisiko tinggi untuk tertular.

Harapan ini akan tercapai melalui kerja bareng dan tekad bersama, bukan karena egoisme, paranoid atau ketakutan akibat berita hoax yang tidak jelas dan tanpa bukti. Harus disadari bahwa pandemi Covid-19 adalah masalah bangsa, bahkan dunia; bukan sekedar persoalan pribadi atau keluarga. Pandemi mengajarkan bahwa sehat atau sakitnya kita terhubung dengan orang lain.

Kita membutuhkan sekitar 75 persen masyarakat atau 181 juta penduduk menjadi kebal agar terbentuk kekebalan kelompok yang mampu membendung pergerakan Covid-19. Harus mengerahkan semua sumber daya dengan melibatkan seluruh komponen bangsa, bukan hanya para tenaga kesehatan. Semua punya peran mengambil bagian sebagai rekan kerja Allah dalam mewujudkan kepedulian dan kasih pada sesama. Dan vaksinasi adalah salah satu caranya.

Social Distancing saja tidak cukup, dan obat yang spesifik untuk Covid belum ditemukan, sehingga satu-satunya jalan adalah mendapatkan imunitas, baik imunitas pribadi maupun imunitas kelompok. Kita tahu bahwa tidak semua orang memiliki kekebalan alami, karena itu vaksinasi diharapkan mampu memberikan imunitas “artifisial”, sebab vaksinasi itu ibarat “infection by design” dengan cara memberikan virus yang telah mati, atau bagian-bagian tubuh virus yang tidak berbahaya – dengan tujuan membangkitkan antibodi kita tanpa membuat kita jadi sakit. Dengan Anda menjadi imun, maka akan tetap sehat meskipun terpapar, dan sekaligus melindungi orang lain, termasuk keluarga Anda. Makin banyak imun, makin banyak yang terlindungi.

Vaksinasi Covid-19 di Indonesia
Banyak negara dan perusahaan berlomba membuat vaksin, mulai dari vaksin yang dibuat dengan cara lama, yaitu vaksin dari virus inaktif (mati) seperti produksi Sinovac, maupun vaksin yang dibuat dengan teknologi modern yang menggunakan rekayasa genetika seperti vaksin mRNA (Pfizer, Moderna), vaksin DNA (INO 4800), vaksin protein subunit (Novavax), vaksin viral vektor (Sputnik, Astra Zeneca), dan vaksin yang dikembangkan dengan teknik imunoterapi seperti vaksin sel dendrit yang sedang diteliti oleh AIVITA, Celartics Biopharma dan Shenzhen GenoImmune Medical Institute.

Indonesia juga memproduksi vaksin sendiri. Setidaknya ada tiga jenis, yaitu Vaksin inaktif yang diberi nama generik Vaksin Covid-19 (Kerjasama Sinovac-Biofarma), Vaksin Merah Putih; yang dikembangkan oleh 7 lembaga, dan Vaksin Nusantara (vaksin sel dendrit yang bersifat personal/individual) yang diprakarsai Dr. Terawan bekerjasama dengan AIVITA Amerika. Sedangkan Vaksin merah putih terdiri dari berbagai jenis, antara lain : Vaksin Adeno virus (Airlangga dan ITB), vaksin DNA, mRNA, dan virus like particles (UI), Vaksin protein rekombinan (UGM, LIPI,Unpad, Lembaga Eijkman) – dan semuanya masih dalam proses penelitian.

Program vaksinasi di Indonesia dimulai awal Januari dengan vaksin Sinovac, dan diikuti l dengan sekitar 54-108 juta vaksin bantuan dari Gavi Covax, Aliansi Vaksin International dibawah WHO, yang terdiri dari vaksin Pfizer, Moderna, Astra Zeneca, dan Novavax. Program ini akan dilaksanakan dalam empat tahap sesuai Surat Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Teknis Pelaksanaan Vaksinasi. Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi,  vaksinasi akan dilaksanakan dalam empat tahap. Tahap 1 dan tahap 2 dilaksanakan pada Januari hingga April 2021, sementara tahap 3 dan tahap 4 dilaksanakan pada April 2021 hingga Maret 2022.

Menilai Vaksin
Ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu Safety atau Keamanan, dan Efikasi serta Efektifitas. Safety berbicara tentang faktor keamanan, efek samping, kontraindikasi, dan syarat vaksinasi. Dan sejauh ini semua vaksin yang masuk ke Indonesia telah melalui uji keamanan dan efikasi. Untuk keamanan pelaksanaan vaksin, maka dilakukan pendataan, skrining medis dan penggunaan barcode sebagai sistim pencatatan dan pelaporan perihal vaksinasi yang dilakukan maupun efek samping yang terjadi atau KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi).

Efek samping biasanya dirasakan pada hari pertama dan kedua; berupa kemeng pada lokasi suntikan, sakit kepala, rasa lelah, mengantuk, pegel-pegel, dan kemerahan atau bengkak ringan pada tempat injeksi. Walau demikian peserta vaksin diminta mewaspadai dan melaporkan efek samping apa saja yang bisa terjadi untuk melihat kemungkinan terjadinya KIPI. Bahaya akibat reaksi alergi juga bisa terjadi, sebab itu peserta yang memiliki riwayat alergi harus melaporkan pada petugas saat prosedur dilaksanakan.

Efikasi atau kemampuan vaksin untuk melindungi dari terkena infeksi juga telah diteliti, dan masing-masing produk memiliki nilai efikasi yang berbeda. Untuk Sinovac, efikasinya 65 persen, yang berarti Sinovac memiliki kemampuan melindungi dari risiko terinfeksi sebesar 65 persen, sedangkan 35 persennya tidak. Pfizer, Moderna dan jenis vaksin lainnya dikatakan memiliki efikasi yang lebih tinggi, tetapi belum ada yang 100 persen.

Sebenarnya efikasi berbeda dengan efektivitas; karena efikasi adalah hasil yang diperoleh dari suatu penelitian yang terkontrol dan terdesain, sedangkan efektivitas adalah hasil dari populasi riil di masyarakat. Nilai efektivitas bisa saja lebih rendah ataupun lebih tinggi dari efikasi. Sebab itu masih terdapat kemungkinan orang yang tetap tidak menjadi imun atau tidak terbentuk antibodi protektif meskipun telah di vaksinasi; sehingga pada orang-orang semacam ini, ia masih bisa terinfeksi Covid-19.

Mengapa begitu? Penyebabnya bervariasi; bisa akibat faktor usia, penyakit yang dimiliki, obat tertentu yang dikonsumsi dan lain-lain. Reaksi imunologis setiap orang bisa berbeda dan penelitian kearah sana masih terus dikerjakan. Ada beberapa kondisi yang membuat respon imun seseorang terhadap vaksin bisa berbeda. Demikian juga sampai berapa lama antibodi yang terbentuk bisa bertahan. Yang ideal, adalah dengan memeriksa titer antibodi pasca vaksinasi, untuk mengetahui apakah kita memiliki antibodi cukup protektif untuk melindungi serangan infeksi virus Covid.

Berapa nilai titer antibodi yang protektif juga masih dalam penelitian yang belum selesai. Ada yang menyebut angka 20 – 50 IU/ml sebagai jumlah yang protektif, tetapi belum ada konsensus, termasuk berapa lama antibodi tersebut bisa bertahan. Sebarapa lama antibodi dan imunitas bisa bertahan masih dalam penelitian lebih lanjut, karena itu  melakukan prokes 5 M secara ketat tetap harus dilakukan.

Apakah Vaksin Covid Membuat Kita Terinfeksi Covid? Tidak! Dan juga tidak membuat kita menularkan Covid pada orang lain. Sebab semua Vaksin Covid, apapun jenisnya diyakini tidak akan membuat penerima vaksin menjadi terinfeksi covid. Vaksinasi tidak menimbulkan terjadinya replikasi virus, tetapi yang diharapkan terjadi adalah pembentukan antibodi, sehingga penerima vaksin bisa menjadi imun.

Hal yang harus diperhatikan saat melakukan vaksinasi:
1. Pastikan bahwa kondisi fit, sehat dan tidak terinfeksi Covid. Bila Anda merasa kurang sehat,  apalagi ada tanda-tanda yang mengarah pada gejala Covid-19, sebaiknya vaksinasi ditunda.
2. Berilah keterangan sejujurnya pada petugas vaksinasi perihal kesehatan Anda, termasuk penyakit yang di derita, obat yang dikonsumsi dan kondisi medis lain seperti menyusui, kehamilan, riwayat alergi dan lainnya.
3. Ingatlah bahwa antibodi baru terbentuk beberapa hari pasca vaksinasi, umumnya sekitar 14 hari, dan untuk jenis vaksin yang perlu 2 kali suntik, titer antibodi pasca vaksinasi pertama biasanya masih rendah, sehingga diperlukan suntikan kedua sebagai dosis penguat atau booster. Setelah vaksinasi, Anda diharuskan tetap menjalankan protokol kesehatan dimana pun, sebab kita masih bisa tertular dalam periode waktu tersebut.
4. Bila vaksinasi telah komplit dikerjakan (dua kali), sebaiknya Anda memeriksakan kadar atau titer antibodi untuk memastikan apakah Anda telah memiliki jumlah antibodi yang protektif untuk melindungi Anda dari infeksi Covid-19.
5. Bila memiliki antibodi yang protektif pun, sebaiknya jangan gegabah. Ingat bahwa antibodi tersebut belum tentu bertahan seumur hidup. Para peneliti berharap antibodi hasil vaksinasi mampu bertahan sedikitnya enam bulan; tetapi penelitian yang ada belum bisa mengetahui secara pasti berapa lama antibodi tersebut mampu bertahan.

Mereka yang menyetujui pemeriksaan antibodi pasca vaksinasi (diistilahkan sebagai “vaccine antibody test”) menyarankan agar tes tersebut dilakukan pada hari ke 28-35 pasca suntikan vaksin kedua. Sedangkan sebagian ahli lainnya (termasuk CDC) mengatakan bahwa pemeriksaan antibodi pasca vaksinasi tidak terlalu berguna.

Berapa Lama Kondisi Darurat Covid Berlanjut?
Bila vaksin-vaksin ini bisa efektif sesuai harapan, dan vaksinasi massal nasional dan global bisa dilakukan serentak, sehingga tercapai Herd Immunity nasional dan dunia, maka dapat dirediksi paling cepat tiga hingga lima tahun.

Pada pertengahan Januari 2021, Bloomberg, memberikan data bahwa jumlah vaksinasi yang diberikan perhari di dunia adalah sebanyak 4.540.345 dosis; sehingga diperkirakan upaya mencapai 75 persen kekebalan kelompok atau Herd Immunity dunia baru akan tercapai sekitar tujuh tahun lagi. Itu pun bila vaksin yang sedang kita lakukan ini terbukti ampuh untuk menimbulkan efek imunitas dan bila prokes NPI dengan Social Distancing tetap dilakukan. Termasuk pembatasan pergerakan atau mobilitas manusia.

Bagaimana dengan Indonesia? Kita masih sangat lambat. Sebab hingga akhir februari kemampuan vaksinasi kita hanya sekitar 70.000 dosis perhari, sehingga untuk mencapai target 181 juta akan membutuhkan waktu sepuluh tahun! Apalagi bila masih banyak kaum paranoid yang melakukan gerakan atau syiar anti vaksin berdasarkan isu-isu yang tidak jelas dan bohong.

Semoga dengan berjalannya waktu, diperoleh temuan-temuan baru yang memberikan titik terang, baik untuk langkah pencegahan maupun pengobatan; sehingga waktu darurat ini bisa dipercepat, dan kita bisa segera bebas dari sikon ini.

Kemungkinan besar program vaksinasi ini baru yang pertama, dan akan diikuti dengan program vaksinasi lanjutan. Seperti juga yang terjadi pada PIN Polio. Terutama bila antibodi post vaksinasi ternyata tidak permanen. Ikut ambil bagian serta berperan aktif sebagai a partaker of God, kawan sekerja Allah dalam mewujudkan karya Kasih-Nya bagi dunia ini.

Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan (Pengkhotbah 4:12).

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments