PERTENGKARAN antar anggota dalam sebuah grup WhatsApp dapat berakibat bubarnya grup tersebut. Hal itu seringkali disebabkan oleh sifat masing-masing orang yang tidak mau taat aturan. “Ah, ini kan hanya grup di WhatsApp, ngapain harus pakai aturan-aturan segala,” ucap seorang teman yang masih terlihat marah gara-gara dikeluarkan dari sebuah grup.
Tak sedikit pula grup alumni yang bubar karena tidak adanya aturan ketat tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh. Alih-alih mendekatkan malah berujung perdebatan.
Ada lagi sebuah hubungan persaudaraan dalam keluarga besar. Karena merasa sebagai saudara kandung, terkadang lupa aturan. Padahal ketika sudah sama-sama dewasa dan telah berkeluarga, maka otomatis ada aturan tertentu di masing-masing pribadi tersebut.
Hubungan apapun akan mudah retak jika hal-hal berikut masih terus ada. Inilah 5 hal yang sering merusak sebuah relasi.
1. Ingin selalu paling diperhatikan
Diperhatikan memang paling menyenangkan, seperti ketika kita dihormati orang lain. Karena itu di setiap jasa pelayanan, hal tersebut biasanya selalu diutamakan. Sebab kebutuhan untuk diperhatikan telah menjadi salah satu sifat manusia. Siapa sih yang tidak mau diperhatikan?
Namun, dalam sebuah hubungan atau relasi kita tidak bisa selalu yang menjadi pusat perhatian. Ingat bahwa orang lain juga butuh perhatian dari kita. Ada proses ‘saling’ yang harus di jaga. Dan yang terpenting jangan memaksakan pendapat atau kemauan kita menjadi perhatian utama. Sadarilah bahwa tidak semua orang menyukai dengan apa yang kita utarakan atau sampaikan.
2. Tidak mau tahu orang lain
Mirip dengan poin pertama tetapi lebih kepada tidak mau melihat dulu alasan orang lain. Mengapa si A kok berbuat demikian dan si B membuat pernyataan seperti itu? Yang dianggap selalu pendapat dan kepentingannya sendiri, sedangkan alasan apa pun dari orang lain tidak digubrisnya.
Hal ini akan mudah merusak sebuah relasi, apalagi banyak sekali muncul berita yang tidak tahu kebenarannya. Maka kebiasaan untuk kroscek dan mau mendengar pendapat orang lain menjadi cara untuk tetap menjaga hubungan baik dalam grup, keluarga, maupun kelompok tertentu.
3. Tidak peka dengan kondisi dan situasi
Dalam setiap komunitas, kelompok ataupun grup pasti ada aturannya. Misal saja grup di sebuah WhatsApp. Jika atauran yang ada kemudian dilanggar, maka si pelanggar akan diperingati oleh admin grup, bahkan jika masih bandel akan dikeluarkan dari grup tersebut.
Nah, mereka yang sukanya melanggar biasanya gagal memahami keadaan maupun situasi. Men-share hal-hal yang berbau SARA, politik kotor, pornografi yang sudah menjadi aturan untuk tidak boleh ditampilkan. Sebaliknya, bersikap bijaksana dengan mau memahami keadaan serta situasi akan membuat langgeng sebuah hubungan.
4. Selalu ingin paling benar
Ingin selalu paling benar biasanya membuat orang tersebut punya ambisi yang buruk. Maka kebohongan demi kebohongan dijadikan senjata demi membenarkan diri.
Ketika takut disalahkan, seseorang akan membuat skenario kebohongan demi menutupi kebohongannya itu. Jadi, dalam setiap hubungan apa pun, sadarilah bahwa masing-masing kita punya keterbatasan dan kekurangan. Sikap ingin menang sendiri justru dapat merugikan diri sendiri dan bahkan orang lain.
5. Suka memprovokasi
Di tingkat ini biasanya yang paling parah efeknya. Sebab seseorang akan sengaja memanfaatkan orang lain dengan mempengaruhinya agar percaya penuh dengan apa yang dikatakannya. Provokasi juga biasanya dipakai menyerang orang lain yang tidak disukainya dengan cara menyebar berita bohong atau fitnah.
Provokasi ini dianggap lebih efektif karena tidak perlu berhadapan langsung dengan orang yang dibencinya. Hasilnya pun jauh lebih berdampak, sebab dengan memprovokasi lebih banyak orang maka akan lebih banyak pula yang pro dengan si provokator.
Maka benar apa yang dinasihatkan seorang tokoh terkenal: