HomeJelajah KameraParenting GKI Residen Sudirman: Tuhan Memiliki Tujuan Pada Diri Setiap Anak

Parenting GKI Residen Sudirman: Tuhan Memiliki Tujuan Pada Diri Setiap Anak

Salah satu tahapan yang akan dilalui anak adalah kemandirian. Pada tahap ini anak akan berfokus pada pengembangan yang terkait aktivitas hidup sehari-hari. Apa sajakah?

Komisi Dewasa GKI Residen Sudirman mengajak para guru dan orang tua yang memiliki anak usia Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Dasar untuk mengikuti Talkshow Parenting dengan tema, “Fostering Independence: Memupuk Kemandirian Anak”.

Di gelar di gedung gereja GKI Residen Sudirman, Surabaya pada 24 Agustus 2024. Talkshow yang dihadiri sebagian besar pasangan orang tua usia muda beserta anak-anaknya ini, diawali dengan sebuah tayangan cerita boneka yang menceritakan tentang anak-anak dan cita-citanya.

Pdt. Dr. Yerusa Maria Agustini, S.Si., M.Pd.

Memasuki sesi talkshow yang dibawakan oleh narasumber tunggal, Pdt. Dr. Yerusa Maria Agustini, S.Si., M.Pd., anak-anak dari para orang tua yang mengikuti acara tersebut dibawa ke ruang kids corner yang sudah disediakan panitia.

 

Pdt. Yerusa yang adalah pendeta dari GKI Pakuwon, Jakarta tersebut memberi pengertian tentang ‘mandiri’ yang berarti berdiri sendiri, yaitu kemandirian anak merupakan bagian dari proses perkembangan yang diharapkan terjadi dalam rangka menuju ke kedewasaan.

 

Menurut pakar psikologi dari Amerika, Erik Erikson, kemandirian merupakan tahap-tahap perkembangan psikososial, serta tahap kunci “otonomi versus rasa malu dan keraguan” yang terjadi antara usia satu hingga tiga tahun . Pada tahap ini anak mulai mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.

Sedangkan menurut Jean Piaget, kemandirian dibagi dalam beberapa tahap. Pertama, tahap sensorimotor (0-2 tahun), anak mulai memahami dunia melalui indera mereka dan aksi motorik. Kedua, tahap praoperasional (2-7 tahun), anak mulai menggunakan bahasa dan simbol untuk berpikir, tetapi mereka masih terbatas dalam pemikiran mereka. Ketiga, tahap operasional konkrit (7-11 tahun) dan tahap operasional formal (12 tahun ke atas), anak-anak mulai berpikir logis dan abstrak.

Pendapat tentang kemandirian disampaikan juga oleh Albert Bandura dalam teori tentang belajar sosial dan efikasi diri, yang berfokus pada bagaimana anak belajar kemandirian melalui observasi dan pengalaman mereka.

Dalam teori pengembangan sosial, fokusnya pada bagaimana interaksi sosial dan pengalaman berkontribusi pada pekembangan kemandirian anak. Faktornya, antara lain cita-cita dan aspirasi, yaitu anak-anak yang didorong untuk memiliki cita-cita dan merencanakan masa depan mereka sendiri, lebih cenderung mengembangkan kemandirian. Faktor berikutnya, pengalaman dan eksplorasi, yaitu kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan dan mencoba hal baru, sangat penting untuk pengembangan kemandirian.

Lebih lanjut Wakil Ketua BPMK GKI Klasis Jakarta Barat ini menjelaskan tentang hal-hal kemandirian anak berdasarkan penerapan dalam konteks pendidikan dan pengasuhan, antara lain pemberian kebebasan dan pilihan, pengembangan sikap positif, pemberian tanggung jawab bertahap, umpan balik dan dukungan, serta menumbuhkan rasa percaya diri.

Sebagai orang percaya, kita tahu bahwa Tuhan memiliki tujuan pada diri setiap anak. Dikatakan dalam Efesus 2:10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Kita sebagai orang tua dipanggil untuk mencintai, mendidik, dan melayani anak-anak. Sebagai masterpiece, berarti setiap individu mempunyai nilai yang sama. Karena itu kita harus menciptakan lingkungan keluarga yang terbuka. Kita harus memberi dukungan yang mereka butuhkan. Dengan mendukung mereka kita sedang memperkaya kehidupan spiritual anak sebagai satu tubuh Kristus.

Melalui kemandirian spiritual kita terus membimbing dan mendukung anak kepada kemandirian imani, sehingga pada akhirnya anak akan tergantung hidupnya kepada Tuhan.

Hadiah terbesar yang dapat diberikan kepada putra putri kita adalah hubungan yang dalam dan autentik dengan Tuhan. Tuhan menciptakan anak kita secara alami memiliki rasa ingin tahu tentang hal-hal spiritual. Masing-masing adalah bagian penting dari perjalanan rohani anak melalui empat bidang pertumbuhan penting, yaitu menikmati Tuhan, mengasihi Tuhan, mengikuti Tuhan, dan melayani Tuhan. Kita dapat memperkuat aspek-aspek ini dalam diri anak dengan belajar bagaimana menanggapinya.

Sebagai kesimpulan dari talkshow ini, bahwa memupuk perkembangan kemandirian pada Anak Kebutuhan Khusus (ABK) dan non ABK memerlukan perhatian dan strategi yang sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Dukungan yang tepat, pengajaran bertahap, dan lingkungan yang mendukung dapat membantu anak mencapai tingkat kemandirian yang optimal sesuai dengan kemampuan mereka. Adaptasi dan fleksibilitas dalam pendekatan pengasuhan serta pelayanan juga sangat penting untuk memenuhi kebutuhan individu anak dan membantu mereka berkembang dengan baik. (doc/brkt)

Bersama pendeta dan tim komisi dewasa GKI Residen Sudirman
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments