HomeLintas Agama & BudayaBuka Puasa Bersama Sebagai Wujud Harmonisasi Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika

Buka Puasa Bersama Sebagai Wujud Harmonisasi Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika

Di bulan ramadhan ini tidak hanya menjadi bulan suci bagi umat Islam, tetapi juga menjadi momen baik untuk bersilaturahmi bersama antar umat beragama.

Melalui buka puasa bersama, silaturahmi serta upaya menjalin toleransi dan kerukunan menjadi agenda penting disetiap pertemuan di bulan puasa ini. Hal itu pula yang dilakukan para tokoh agama di Surabaya pada 5 April 2024. Ya, buka puasa dan jagongan offline bersama tokoh keagamaan dan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan mengangkat tema, “Harmonisasi Dalam Perbedaan Lintas Iman Menjadi Bingkai Persaudaraan yang Kokoh”, acara yang digelar di Sanggar Candi Busono ini dihadiri, antara lain Kiai, Romo, Pendeta, tokoh agama Hindu, tokoh agama Budaya dan tokoh kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Adapun undangan dalam acara lintas agama, antara Forum Beda tapi Mesra, Rumah Bhinneka, Pondok Ngalah, Mohammadiyah, NU, serta Konsulat Jenderal Amerika.

Dalam sambutannya, Naen Soeryono mengatakan, bahwa tokoh-tokoh keagamaan yang ada ini sudah mewadahi bentuk-bentuk kegiatan  kerukunan antar umat beragama. Kiranya forum-forum yang ada dan dibangun tokoh agama ini tetap langgeng. Sedangkan Ketua umum IMP, Mohammad Nizam, mengharaokan agar kegiatan keagamaan ini makin menular, terwujud aktivitas keagamaan yang damai serta memberkati lingkungan.

Foto bersama para tokoh agamawan

Memasuki dialog singkat lintas agama, para narasumber yang mewakili masing-masing agama dan kepercayaan, antara lain KH. Mohammad Nizam Asshofa;  Romo Jusi Qwensi, Pendeta GKI, Firmanda; Sabawalaka, I Nyoman Sutantra; Penyuluh agama Budhha, Guntono; dan Ketua presidium MLKI sekaligus tuan rumah acara tersebut, Naen Soeryono.

Dalam pemaparan singkatnya, Muhammad Nizam mengatakan, kita harus merayakan perbedaan. Tanpa perbedaan kita belum teruji sebagai agamawan sejati. Mereka yang belum bisa menghormati agama lain, spiritualnya rendah.

Sedangkan Romo Jusi qwensi menegaskan bahwa harmonisasi dalam bingkai Pancasila haruslah tetap kokoh. Senada dengan Pendeta Firmanda yang mengatakan, bahwa bukan sekedar perbedaan tetapi kebutuhan berbagi bersama.

Narasumber berikutnya mewakili agama Hindu, I Nyoman Sutantra mengatakan, kita semua saudara, karena itu santun tegakkan kebenaran, kebajikan, welas asih, tidak menyakiti orang lain, serta membangun masyarakat yang harmonis dan damai.

Sedangkan penyuluh agama Buddha, Guntono menekankan bahwa dalam Buddha mengajarkan manusia untuk toleran terhadap kepercayaan lain, memberikan cinta kasih dan welas asih kepada semua makhaluk hidup.

Mewakili penghayat kepercayaan,Naen Soeryono memaparkan, bahwa perbedaan adalah keniscayaan. Kesadaran tinggi menyatukan umat adalah harapan negeri ini. Warga Sapto Darmo harus bersinar mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika yang harmoni.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments