Menjadi guru sekolah minggu tidak hanya bisa mengajar, memimpin pujian, atau membuat aktivitas yang menarik. Seorang guru sekolah minggu dituntut juga untuk peka terhadap murid sekolah minggu yang diajarnya.
“Kak, hati-hati saja ya? Di kelas sedang itu ada anak yang nakal, rewel dan susah diatur,” kata rekan guru sekolah minggu saat tahu kalau saya mau mengajar di kelas tersebut.
“Lho, kalau boleh tahu nakalnya bagaimana kak? Apa sudah pernah diberi tahu atau diperingatkan?” Tanya saya sedikit penasaran.
“Ya kak, anak itu memang sudah seperti itu sejak di kelas kecil. Guru-guru sekolah minggu yang lain juga mengalami hal yang sama saat bertemu dan mengajar anak itu,” ungkap rekan guru sekolah minggu itu lebih lanjut.
Ketidakpekaan seringkali membuat seorang guru berpikir negatif terhadap murid yang diajarnya. Karena itu sebelum memberi label terhadap anak yang terlihat nakal, rewel dan susah diatur, pikirkan dulu beberapa hal ini:
Jangan memberi stigma buruk terlebih dulu kepada anak
Melihat anak yang terlihat rewel, nakal dan susah diatur saat mengikuti kegiatan di kelas, seringkali seorang guru sekolah minggu hanya memberi label bahwa anak tersebut sebagai trouble maker. Bukannya mencari tahu penyebab anak tersebut seperti itu, tetapi justru malah di cap sebagai perusuh atau pembuat onar yang kemudian didiamkan dan dihindari.
Sebaiknya sebagai guru sekolah minggu bisa menyingkirkan stigma buruk terlebih dulu terhadap anak yang dianggap bermasalah.
Jika ada anak yang nampak bermasalah, seorang guru sekolah minggu harus berani mendekati, ciptakan sesuatu yang bisa membangkitkan mood anak tersebut. Biasanya si anak akan dengan sendirinya bercerita tentang segala hal, seperti konflik batin di rumah, dengan orang tuanya, saudaranya, atau dengan asisten rumah tangganya.
Setelah si anak puas dengan ceritanya, dan guru memperhatikan serta menanggapinya dengan bijak, maka kita sebagai guru menjadi tahu bagaimana harus bersikap. Setelah itu guru harus punya formula yang tepat dalam melakukan pendekatan terhadap anak didiknya itu.
Setiap anak punya keunikannya sendiri
Mendengarkan bisa menjadi senjata pelengkap kita untuk masuk lebih dekat kepada anaka-anak. Seringkali seorang anak dapat menaruh minat dan bahkan mencintai sesuatu dengan caranya sendiri. Ingat, bahwa tidak semua anak yang duduk diam dan bersikap manis saat diruang kelas pasti bisa mengikuti yang diajarkan. Mereka diam bisa jadi karena bosan dan jenuh dengan suasana kelas, cara mengajar, kegiatan yang diberikan dan lain-lain. Beberapa anak justru ada yang bisa mengerti sesuatu tanpa harus duduk dan diam.
Nah, sebagai guru sekolah minggu haruslah peka terhadap perilaku anak didiknya masing-masing. Selama saya mengajar di kelas kelas kacil, memang ada anak yang bisa menangkap sesuatu dengan duduk diam dan tenang. Namun, ada juga anak yang kelihatanya sambil bermain, tetapi mampu mendengarkan dan mengerti apa yang dikatakan gurunya. Hal itu terbukti saat saya melontarkan pertanyaan kepada anak yang tangannya tidak berhenti bermain, tetapi dengan cepat menjawab dengan benar apa yang saya tanyakan.
Terkadang dari hal-hal yang sepele, seperti minta diantar ke kamar kecil, memasang atau melepas sesuatu, mendengar ocehannya dan lain sebagainya, seorang guru sekolah minggu bisa menjadikan itu sebagai sarana mengenal lebih jauh karakter anak tersebut.
Jangan langsung dipaksa, dekati secara pribadi
Seorang mentor guru sekolah minggu pernah berkata, bahwa untuk mengetes apakah kita diterima atau disukai anak-anak di ruang kelas, yaitu dengan cara kita diam saja di dalam kelas. Bila anak-anak itu mendatangi Anda dengan segala keinginan atau kebutuhannya, berarti Anda bisa dikatakan lolos dalam tes tersebut. Cukup unik, bukan?
Memaksakan diri agar bisa diterima oleh anak, justru membuat anak tersebut tidak nyaman dan bahkan takut. Anak-anak, apalagi di usia balita, jangan dipaksa atau terlalu di push terlebih dulu. Dekatilah secara pribadi, setelah itu berilah perintah atau tugas lain yang ia senangi terlebih dulu.
Biasanya anak yang terlihat nakal adalah anak yang butuh perhatian. Mereka akan sulit untuk melakukan sesuatu bersama teman-teman yang lain. Karena itu berilah perintah yang lain yang sekiranya ia mau melakukan. Intinya, jangan biarkan energi anak itu tidak terpakai. Carilah cara agar ia tetap punya kegiatan meskipun berbeda dengan teman lainnya.
Anak yang terlihat nakal, biasanya punya masalah, baik itu dengan orang tua, saudara, teman maupun lingkungannya. Dibutuhkan kepekaan seorang guru untuk menggali lebih dulu permasalahan anak, sehingga akan mudah untuk masuk ke dalam jalan pikiran dan emosi anak.
Jika kita sebagai guru sekolah minggu terbiasa dengan melakukan tiga hal tersebut di atas, maka dengan sendirinya anak-anak sekolah minggu akan peka pula dengan keberadaan kita. Tidak didasari rasa takut atau terpaksa, tetapi anak-anak dengan senang hati mau mengikuti dan mendengar apa yang kita ajarkan. Titus 2:7 berkata: “dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.”
“Kak, tolong dekati anak di kelas kecil itu, sebab ia tidak mau ikut pujian. Jangankan menyanyi, berdiri saja tidak mau kak!” Pinta salah satu guru sekolah minggu kapada saya beberapa minggu kemudian.