DUNIA global sedang dilanda badai pandemi Covid-19. Dampaknya tidak hanya hal kesehatan saja, melainkan juga memukul telak banyak bidang usaha. Masyarakat pun mengalami tantangan besar, pengaruhnya sampai kepada unit terkecil yaitu keluarga. Gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) terjadi, para pekerja diluar negeri juga pulang ke tanah air, banyak diantara mereka yang belum memiliki pekerjaan. Benar, angka pengangguran meningkat secara signifikan.
Banyak pengusaha juga struggling (berjuang keras) menghindarkan penutupan perusahaan. Sebagian cabang harus berhenti beroperasi sementara. Krisis mempengaruhi segala bidang dan para pemimpin mengalami tekanan yang berlipat dari banyak arah. Disamping harus memikirkan bagaimana perusahaan bisa bertahan dalam krisis ini, pemimpin juga harus memikirkan timnya yang mengalami tekanan dan kegelisahan.
Karena itu untuk mampu menata hati, pikiran dan melangkah maju, membutuhkan kebijaksanaan tersendiri. Berikut wawasan kepada setiap Anda sebagai pemimpin.
Mendefinisikan Leadership Struggle
Saat dalam masa perjuangan, seorang pemimpin dituntut selalu siap terhadap perubahan yang akan terjadi, ketegangan-ketegangan yang dihasilkan serta kehilangan keseimbangan. Dalam bukunya, Steven Snyder menuliskan ada tiga elemen pada leadership struggle, yaitu change, tension dan being out of balance.
Change, (perubahan) yang disebabkan dari luar, seperti krisis ekonomi, perubahan aturan pemerintah dan lainnya, dapat berdampak pada bisnis atau organisasi dan menimbulkan tekanan pada pemimpin. Dalam perubahan yang tak direncanakan itu akan menimbulkan Tension (ketegangan) baik itu ketegangan di dalam diri sang pemimpin, maupun pada relasinya dengan tim dan orang lain.
Kedua hal diatas, baik change dan tension dapat mempengaruhi keseimbangan (Being out of Balance), seperti stress yang mengakibatkan penurunan performance, akibat tidak dapat berpikir jernih, salah menentukan prioritas, dan lain-lain. Tiga hal di atas secara bersamaan dapat bergejolak dalam diri seorang pemimpin ketika struggle. Untuk dapat melalui badai ini, pemimpin perlu memiliki pola pikir yang tepat.
Tentu dalam kondisi krisis ini, keimanan seorang pemimpin berperan penting. Iman memampukan pandangan kita menerobos kepada kebaikan-Nya, kemuliaan-Nya dan kekuatan-Nya, sehingga kita seperti memiliki pegangan saat di tepian jurang. Kita tetap takut jatuh ke bawah, kita tetap dapat membayangkan bagaimana mengerikannya bila jatuh ke jurang, namun pada saat yang sama tangan kita berpegang erat-erat di pagar pembatasnya dan melangkah maju.
Mindset Pemimpin Di tengah Krisis
Sebuah tindakan dimulai dari Mindset (pola pikir), tidak terkecuali seorang pemimpin. Mindset menjadi titik awal dari tindakannya. Karenanya penting sekali dalam saat seperti ini, mindset pemimpin ditumbuhkan ke arah yang tepat dan membangun, bukan stagnan berhenti, atau sebaliknya.
Carol Dweck, Ph. D. dalam bukunya Mindset, memperkenalkan Growth Mindset and Fixed Mindset. Ilustrasi sederhananya seperti ini, anggap saja Anda memiliki tim yang bernama G dan F, dan secara kemampuan, kompetensi dan motivasi keduanya sama-sama bagus, namun terdapat perbedaan dalam menyikapi sebuah kejadian atau cara kerjanya.
Si F, terkesan sibuk, fokus pikirannya sepertinya tidak stabil, tidak dapat belajar dari feedback yang diberikan kepadanya, sulit berubah, dan ketika ada kritik, membuat dirinya stagnan dan berhenti. Berbeda dengan G, yang pendekatan dalam bekerjanya lebih efektif, dapat berpikir jernih dan sistematis, serta dapat menanggapi feedback dengan baik, sehingga hasil pekerjaannya meningkat, perubahan dirinya dapat dilihat dan dirasakan ketika diperlukan.
Dweck menggambarkan Fixed mindset memiliki pandangan bahwa kemampuan seseorang itu tetap, statis, dan tak dapat diubah, dan apa dirinya hari ini, itulah dia, tak ada yang bisa dilakukan untuk mengubahnya.
Sedangkan Growth Mindset, memiliki pandangan bahwa kemampuan seseorang bukan statis sifatnya, dapat diubah, dikembangkan dan ditingkatkan dengan melakukan proses pengembangan diri, baik itu melalui pengalaman, pelatihan atau pembelajaran.
Langkah-langkah Transformasi Di tengah Krisis
Ini saatnya bagaimana Growth Mindset menjadi Tindakan nyata, mulai mengambil Langkah maju dengan apa yang kita punya dan apa yang mungkin tersisa. Semoga prinsip 5C ini dapat memberikan insight untuk melangkah dalam mentrasnformasi bisnis atau organisasi Anda.
1 – Contemplate (Kontemplasi, merenungkan)
Momen ini merupakan momen baik untuk mendetoksifikasi hal-hal buruk, hal kedagingan yang melekat pada diri kita. Mungkin selama ini kita merasa hebat di saat perusahaan atau organisasi yang kita pimpin sedang jaya, bisa jadi momen ini mengingatkan kembali bahwa anugerah-Nya semata yang menolong kita.
Saatnya kita semakin dekat dengan Tuhan, seperti seorang rohaniawan pernah mengatakan, Tuhan akan menemui kita di padang gurun, Dia yang pernah menjadi manusia, mengalami penderitaan, Dia adalah Tuhan yang mengerti dan memahami pergumulan umat-Nya. Inilah momen transformatif bagi Anda, keluarga dan perusahaan. Dengan belajar mendengarkan yang Ia sedang ingin kita lakukan untuk menggenapi rancangan-Nya.
2 – Create Moment (Menciptakan momen)
Saat krisis ini mungkin merupakan saat untuk menciptakan momen bersama keluarga, maupun tim Anda. Momen reflektif yang dapat dilakukan bersama untuk bertanya: apa langkah-langkah baik, produktif dan membangun yang dapat dilakukan di tengah-tengah krisis ini?
Rapatkan barisan dalam tim Anda melalui rapat daring, atau video conference. Ambil kesempatan ini sebagai momen menguji kualitas diri kita, tetap engage (terlibat) dengan tim, mengetahui kabar mereka, apa yang harus dikerjakan, bagaimana keluarga mereka, kondisi sekitar dan menyediakan telinga mendengarkan pemikiran-pemikiran mereka.
3 – Capability Improvement (Peningkatan kemampuan)
Apa yang dapat mengubah diri kita menjadi lebih baik? Apa yang perlu kita tumbuh-kembangkan? Ajak tim untuk tidak berhenti dikubangan krisis, meratapi, diam dan tidak melakukan tindakan apa-apa. Buatlah langkah terkecil yang dapat kita lakukan untuk pengembangan diri, tim dan perusahaan/ organisasi?
Seperti ketika lampu mati dan tidak ada sedikit pun cahaya, maka mata kita otomatis berupaya keras mencari cahaya walau sekecil apapun, yang penting ada setitik pengharapan muncul. Di saat-saat krisis dan working from home ini, terdapat banyak seminar daring gratis, sharing dari berbagai orang dengan berbagai latar belakang, yang dapat diikuti dan mendapatkan insight baru; juga ada banyak sekali buku maupun e–book yang dapat kita baca guna meningkatkan kemampuan kita.
4 – Creative Action (Tindakan kreatif)
Kreativitas sangat dibutuhkan hari ini. Kreativitas yang dapat membawa tim untuk berpikir out-of-the-box (diluar kotak), sehingga dapat menemukan solusi-solusi alternatif yang dapat ditindaklanjuti. Ada beberapa bisnis yang menyesuaikan gaya bisnisnya untuk menghasilkan solusi baru bagi pelanggan, juga ada organisasi yang mengubah jasa usahanya agar tetap bertahan
Beberapa contoh, hotel yang sepi mengubah diri dari model vacation menjadi staycation – menginap jangka panjang –juga tersedia untuk mereka yang mau mengkarantina diri. Ada juga jenis usaha yang mulai menyediakan jasa semprot disinfektan untuk rumah, kantor, mobil Anda. Bahkan ada yang menjual kaca/akrilik lebar dipasang di meja toko atau kantor sebagai tabir antara pelanggan dan pelayan.
5 – Compassion (Belas Kasih)
Saya pribadi bersyukur, berada ditengah-tengah teman dan komunitas yang memiliki hati luas mengasihi sesama. Banyak teman-teman yang melakukan Gerakan Kemanusiaan, mencarikan peralatan Kesehatan, masker, APD (Alat Perlindungan Diri) untuk tenaga medis. Ada juga yang menjual murah/menyediakan bahan pokok untuk sesama yang kekurangan dan mengalami kesulitan ekonomi akibat krisis ini. Kita dapat melihat begitu banyak orang-orang baik yang mau bergerak menjadi berkat bagi banyak orang, bukankah hal itu membuat hati kita tergetar?
Tidak sedikit pengusaha, professional, karyawan, buruh, yang tetap menjaga kualitas dirinya dan kualitas kemanusiaannya dalam menjalankan pekerjaannya. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain, perusahaannya, pelanggannya maupun pasiennya. Di saat ini hendaknya compassion juga berperan penting di hati kita dalam pengambilan keputusan. Kiranya semakin banyak orang baik diizinkan bermunculan pada saat-saat krisis dan kita adalah salah satunya.
(Imam Wijoyo, Chairman of Indonesia Winning Institute)