Hilang–Ditemukan–Sukacita
Yesus mengajak setiap orang percaya untuk menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang. Karena itu Yesus memberi perumpamaan dalam Lukas 15:1-32 yang berisi perumpamaan tentang dirham yang hilang, mengenai domba yang hilang dan tentang anak yang hilang.
Ada tiga kata kunci dalam tiap perumpamaan itu. Hilang, ditemukan lalu bersukacita. Ketika anak bungsu yang hilang itu kembali, sang ayah berkata dalam Lukas 15:32 “Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang (apolôlôs – Perfect, Participle, Active) dari kata kerja (apollumi artinya to lose, hilang) dan didapat kembali (heurethê dalam Tense Aorist, Indicative, Passive) dari kata kerja (heuriskô artinya to find, especially after searching).
Bukankah dahulu kita juga termasuk orang yang terhilang, tetapi kita telah dicari Allah dan diselamatkan-Nya yaitu ketika kita menjadi percaya kepada-Nya. Setelah itu kita disebut sebagai ciptaan baru (kainê ktisis), yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (1 Korintus 5:17). Ada dinamika proses yang kita dapatkan, hilang, dicari, ditemukan dan bersukacita.
Dari ketiga perumpamaan pada Lukas 15 tersebut menunjukkan bahwa:
- Kita sangat berharga di mata-Nya (Yesaya 43:4)
- Tuhan sangat mengasihi manusia (Yohanes 3:16)
- Tuhan tidak menghendaki satu jiwa pun terhilang dan binasa (2 Petrus 3:9).
Dari Penjala Ikan Menjadi Penjala Manusia
Petrus adalah nelayan yang dahulu hidup karena kehandalannya. Tapi ketika dia berjumpa dengan Yesus hidupnya diubah total. Ia membuktikan ketidakberdayaannya menjala ikan diubah Yesus dengan mendapat sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak (Lukas 5:6). Kegentaran dan kekagumannya kepada Sang Juru Selamat, diteguhkan dengan kata Yesus: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia”. (anthrôpos esê zôgrôn) (Lukas 5:10).
Kehidupan Petrus diubahkan Tuhan secara luar biasa setelah hari Pentakosta. Kisah Rasul 2:41 : “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa”. Bahkan di ayat 47 ditulis ‘tiap hari’ (kath hêmeran) Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Ini semua pekerjaan Roh Kudus, Petrus adalah hamba yang memberitakan ‘Injil keselamatan’ (to euaggelion tês sôtêrias) bagi orang yang belum percaya. Ia telah menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang.
Itulah sebabnya Paulus menuliskan: “Tetapi ‘kalian’ adalah bangsa yang terpilih, imam-imam yang melayani raja, bangsa yang kudus, khusus untuk Allah, umat Allah sendiri. Allah memilih ‘kalian’ dan memanggil kalian keluar dari kegelapan untuk masuk dalam terang-Nya yang gemilang, dengan maksud supaya ‘kalian’ menyebarkan berita tentang perbuatan-perbuatan-Nya yang luar biasa”. (Alkitab BIMK 1 Petrus 2:9).
Terjemahan BIMK ini sama seperti terjemahan BIS dimana kata ‘kamu’ sudah diterjemahkan dengan “kalian”, terjemahan dari bahasa Yunani (humeis – pronoun, 2nd person, plural). Artinya pesan ini diberikan kepada orang banyak bukan kepada pribadi.
Satu Kata Pelbagai Makna
Dalam bahasa Indonesia kata diam bisa berarti: 1.Tidak bersuara (berbicara). 2. Berumah, bertempat tinggal. (KBBI). Contoh di Alkitab dalam Matius 20:31 “supaya mereka diam” artinya tidak berbicara. Sedang dalam Mazmur 27:4b “Diam di rumah Tuhan seumur hidupku”, yang artinya tinggal.
Demikian pula bahasa Yunani, satu kata artinya ada beberapa makna. Contoh kata (archê bisa berarti: permulaan, dasar, sudut, sumber, penguasa, pemerintah super natural, penguasa super natural). Kata archê ini ditulis 55x dalam Alkitab PB.
Dalam Yohanes 1:1a “Pada mulanya adalah Firman” (En archê ên ho logos). Kata archê diterjemahkan ‘permulaan’, ini tepat. Kurang tepat menerjemahkan bisa berakibat penafsiran yang tidak tepat, bahkan salah.
Misalkan Wahyu 3:14b (TB) “Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, ‘permulaan’ dari ciptaan Allah. Pihak non Kristen menafsirkan bahwa Yesus adalah yang pertama diciptakan Allah.
Tetapi syukur direvisi terjemahan BIMK Wahyu 3:14b “Inilah pesan dari Sang Amin, Saksi yang setia dan benar ‘sumber’ segala sesuatu yang diciptakan Allah” Terjemahan ini sesuai dengan Alkitab FirmanYang Hidup (FYH). Ini sesuai dengan teks Yunaninya: (hê archê tês ktiseôs tou Theou).
Menjangkau Jiwa-jiwa
Komitmen Paulus untuk menjangkau jiwa-jiwa sangat jelas. Ia mengatakan: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil (1 Korintus 9:16. Lalu dilanjutkan pernyataan Paulus di ayat berikutnya.
Sayangnya Alkitab TB maupun BIMK dalam 1 Korintus 9:19 masih diterjemahkan “memenangkan” sebanyak mungkin orang. Bahkan terjemahan ini malah dipakai beberapa pemberita Injil dengan slogan ‘memenangkan jiwa’. Demikian juga terjemahan NIV dituliskan ‘that I might win the more’.
Sedang Alkitab American Standard menterjemahkan “that I might ‘gain’ the more”. Teks Asli Greek New Testamen ditulis: (hina tous pleionas kerdêsô). Kata kerdêsô adalah Tense Aorist, Subjuntive, Active, berasal dari kata (kerdainô yang artinya to gain, acquire, win – Strong’s g 2770).
Di Wordstudy arti kerdaínō – properly, to profit (gain), an ancient mercantile term for exchanging (trading) one good for another; (figuratively) to exchange (trade out) what is mediocre (‘good’) for the better, i.e. ‘trading up’ (cf. Js 4:13). Jadi kerdainô adalah barter. Paulus menjadi hamba supaya bisa barter dengan begitu banyak jiwa-jiwa. Pengertian ‘barter’ tidak bisa disebut ‘memenangkan’ (to win yang dipakai NIV), melainkan gain (KJV).
Terjemahan Lama Alkitab bahasa Indonesia lebih tepat: “Karena meskipun aku merdeka daripada orang sekalian, maka aku telah memperhambakan diriku untuk sekalian orang, supaya aku “beroleh” lebih banyak orang (TL 1 Korintus 9:19). Dan Alkitab Bahasa Jawa 1981 juga ditulis: “supaya aku keparanga ‘nggendeng’ wong akeh banget”
Itulah sebabnya istilah memenangkan jiwa kurang tepat, karena konotasinya juga kurang etis. Apalagi dalam era misi sering dipakai slogan: “Mari kita menangkan Indonesia dst.nya”. Logikanya kalau kita memenangkan, tentu ada yang dikalahkan. Kalau iblis yang dikalahkan, ya jelas. Tapi publik menafsirkan bisa bermacam-macam.
Pepatah bahasa Inggris mengatakan: Words have no meanings, people give meanings to words. Tidak heran kalau pihak lain ada yang mengatakan itu Kristenisasi. Hendaknya diingat bahwa kita hidup dalam era toleransi yang diayomi oleh Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Dari satu kata bisa memiliki beberapa makna, maka perlu kita berhikmat memilah dan memilihnya. Jangan membenarkan yang biasa, tapi biasakan yang benar. Lebih etis dan enak didengar (Filipi 4:8 semua yang sedap didengar), manakala kita mengatakan: “Mari kita menjangkau jiwa”.