“Generasi yang sukses adalah generasi yang mau beriman kepada Tuhan. Dan kita akan menjadi generasi sukses di zaman milenial ini.” Inilah sebagian kalimat yang diucapkan pendeta Helena J. Josep-Mouw melalui khotbahnya dalam Ibadah Syukur HUT 100 Tahun Gedung Gereja Immanuel Surabaya, pada 5 Juli 2020.
Hal tersebut sesuai dengan tema perenungan “Setiap Generasi Berbeda” yang berlandaskan bacaan dari Hakim-Hakim 2:6-16. Apakah sebagai gereja, jemaat dan keluarga Kristen kita sudah membimbing dan mendidik generasi kita? Seperti orang Israel yang menyembah berhala pasa zaman hakim-hakim, kita pun sekarang dihadapkan pada berhala-berhala modern. “Kalau orang tua kuat membimbing, gereja mengajarkan yang baik dan tulus, maka generasi tidak akan terjebak dalam berhala-berhala modern itu,” jelas Helena.
Lebih lanjut pendeta GPIB Immanuel Surabaya ini mengajak semua untuk saling tolong menolong dan menasihati satu sama lain, setialah meneruskan warisan Immanuel. Untuk menjadi generasi super maka kita harus bungkus dengan kecerdasan rohani, sehingga akan berakar dan bertumbuh serta berbuah di dalam ajaran-ajaran Kristus.
Peribadahan Menuju Tatanan Baru
Ibadah syukur ini diadakan di gedung gereja, Jalan Bubutan 69 Surabaya dengan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Untuk jemaat atau simpatisan yang tidak bisa hadir secara langsung karena adanya pembatasan, panitia telah menyediakan secara live streaming. Bersyukur meski dengan segala keterbatasan karena pandemi Covid-19, HUT ini dapat dilaksanakan dengan baik. Semua karena rencana Tuhan.
Sebelum dilaksanakan ibadah syukur 100 tahun ini, panitia telah mengadakan Charity Concert secara live streaming dengan tema, “Blessed To Be Blessing.” Concert yang diadakan pada 27 Juni 2020 ini bertujuan menggalang dana untuk membantu mereka yang membutuhkan APD dan masker, termasuk bantuan kepada Pelkes Sinode. “Membagi berkat melalui APD dan masker. Ini semua dari hasil charity dan konser,” ucap ketua panitia, Donald Hermanus Kodongan dalam sambutannya.
Gereja Warisan Budaya
Sebagai gereja yang berdiri sejak pemerintahan Hindia Belanda, gereja ini sebelumnya bernama “Protestantsche Kerk Boeboetan” karena letaknya di Jalan Bubutan. Gereja ini mulai dibangun pada 29 Juni 1920 yang ditandai peletakan batu pertama oleh Dina Boers. Pembangunan memakan waktu dua tahun dan diresmikan pada tanggal 24 Desember 1922 oleh Ds. J.A. Broers.
Pada tahun 1948, Protestantsche Kerk Boeboetan ini berubah nama menjadi GPIB Immanuel. Bentuk asli Gereja ini masih dipertahankan. Bangunan gereja ini memiliki menara yang tinggi di bagian tengah bangunan. Menara tersebut memiliki salib diatasnya. Pintu kayu berwarna coklat tua masih berdiri kokoh dengan prasasti di atasnya yang ditulis pada tanggal 29 Juni 1920. Karena itu peringatan 100 tahun gedung GPIB Immanuel ini dihitung dari 29 Juni 1920 hingga 29 Juni 2020.
Adapun yang menjadi arsitektur gedung adalah Albert Zimmerman (1880-1953). Bangunan dipengaruhi gaya Nieuwe Bouwen dengan ciri khas dominan berwarna putih. Gereja ini juga memiliki jendela yang besar di setiap sisi dindingnya. Dengan usia dan keunikan bangunan inilah GPIB Immanuel menjadi salah satu warisan budaya yang ada di Kota Pahlawan Surabaya.
Kini, beberapa benda peninggalan ada yang sudah diganti, seperti lonceng gereja. Sedangkan yang masih ada hingga sekarang adalah kayu prasasti yang telah berumur 100 tahun, serta Alkitab bahasa Belanda keluaran tahun 1826.