HomeRefleksiSikap Orang Beriman Hadapi Pergumulan

Sikap Orang Beriman Hadapi Pergumulan

Saat kita ditolak atau mengalami penolakan, kita tentu akan mencari tahu mengapa kita ditolak, apa yang menyebabkan kita ditolak dan bagaimana kita sampai ditolak. Seringkali ada satu penyebab yang kita tidak menyadarinya, yaitu “Sikap” kita.

Ya, sikap kita menentukan siapa diri kita. Sikap kita menentukan langkah hidup kita. Sikap kita menentukan keberhasilan kita, dan sikap kita menentukan tingkat kerohanian kita terutama saat menghadapi pergumulan.

Sikap yang tidak baik dapat menjadi penyebab kegagalan kita, bukan? Dari sikap kitalah orang menilai siapa kita. Misalnya saat seseorang melamar pekerjaan, keterampilan dan pengalaman bisa saja dicari dan dipelajari. Tetapi sikap kitalah yang menjadi penentu apakah kita diterima atau tidak.

Di beberapa sekolah swasta, setiap siswa yang mendaftar selain mengikuti tes tertulis, mereka harus juga menghadapi tes wawancara. Nah, seringkali yang membuat gagal siswa adalah justru pada saat wawancaranya itu.

Bagaimana sikap kita di media sosial bisa menjadi patokan orang lain dalam menilai kita. Dari cara berkomentar hingga mengumbar foto-foto. Dari cara menyebar berita hingga sindiran-sindiran secara langsung maupun tidak langsung, dan sebagainya.

Dari sikap juga menentukan apakah seseorang diterima saat melamar kekasihnya. Mulai dari pendekatan atau penjajakan, sikap terhadap teman dan keluarganya, dan tentu saja sikap terhadap orang tuanya.

Bahkan sikap kita menentukan apakah permohonan kita kepada Tuhan dikabukan atau tidak! Lalu, sikap seperti apa yang harus dimiliki orang beriman? Mari kita belajar dari sikap seorang kusta yang disembuhkan Yesus dari bacaan Matius 8:1-4.

Berserah Total

Ketika berjumpa Yesus, orang kusta itu sujud menyembah-Nya. Sikap orang yang sedang bersujud adalah meletakkan kepala kita serendah mungkin, bukan? Sujud berarti juga menyembunyikan muka. Itu berarti saat memohon kepada Tuhan keberadaan kita, keakuan kita, kesuksesan kita dan status sosial kita harus ditanggalkan.

Kesadaran diri sebagai orang berdosa. Kesadaran diri bahwa kita bukan siapa-siapa dihadapan Tuhan mendorong orang kusta itu sujud menyembah. Kesadaran ini yang membuat Yesus tergerak dan bertindak.

Percaya Total

Perkataan orang kusta ketika berjumpa Yesus: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku”. Perkataan orang kusta ini terkandung kepercayaan total bahwa Yesus sanggup menyembuhkan. Pada zaman itu tidak ada tabib atau obat yang bisa menyembuhkan sakit kustanya, tetapi orang kusta itu percaya jika Yesus mampu menyembuhkan.

Sebuah pengakuan iman yang luar biasa. Ia tahu Yesus dapat melakukan sesuatu. Dia punya kuasa sehingga tidak ada yang mustahil bagi-Nya, termasuk menyembuhkan penyakit kusta.

Kita percaya bahwa orang kusta tersebut tentu telah mendengar sepak terjang Yesus. Bagaimana Yesus berkotbah dan melakukan mujizat. Seperti orang kusta, kita sebagai orang beriman haruslah punya kepercayaan total saat memohon kepada Tuhan.

Karena orang kusta ini punya kepercayaan total, maka Yesus berbelas kasih kepadanya. “Aku mau, jadilah engkau tahir”. Kepercayaan total kepada Yesus sebagai jaminan terwujudnya mujizat kesembuhan Ilahi.

Ketaatan Total

Sikap lain yang patut kita tiru adalah ketaatanya akan perintah Allah. Lawan ketaatan adalah ketidaktaatan. Bukankah ketidaktaatan seringkali menjadi sumber segala permasalahan? Perceraian terjadi karena ketidaktaatan pasangan, bukan? Hubungan relasi bisa hancur karena adanya ketidaktaatan masing-masing pribadi. Ketidaktaatan terhadap komitmen di pekerjaan dan bisnis juga mengakibatkan harus berurusan dengan hukum, dan lain sebagainya.

Yesus memerintahkan agar orang kusta itu diam dan tidak menceritakan apa yang telah dilakukan Yesus atasnya. Yesus tidak mau terekspose keberadaan-Nya. Kedatangan Yesus bukan untuk membebaskan atau memerdekakan orang secara jasmani, tapi secara rohani. Bukan dengan kekerasan tetapi dengan kasih.

Kedatangan orang kusta ke bait Allah untuk memperlihatkan dirinya kepada imam dan memberi persembahan. Tetapi selain sebagai bukti ketaatanya kepada Yesus, juga sebagai tindakan membersihkan nama baik dari status sebagai orang kusta. Ketaatan kepada Yesus mendatangkan pemulihan!

Berserah, percaya dan taat secara total tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Seperti Yesus yang meski dihina, dinista bahkan mati di kayu salib, tetap setia kepada Bapa di surga.

Sikap kita menentukan siapa diri kita. Sudahkah kita miliki sikap setia kepada Kristus? Penghormatan kepada Kristus secara total, percaya total dan ketaatan total? Tuhan memampukan kita semua.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments