HomePsikologi & KonselingMultiple Intelligent, Sudahkah Anda Memiliki Kecerdasan Tertinggi?

Multiple Intelligent, Sudahkah Anda Memiliki Kecerdasan Tertinggi?

DULU, sekitar tahun 1890 an, kecerdasan seseorang diukur melalui IQ (Intelligence Quotient). Konsep IQ ditemukan Francis Galton, dan selama berpuluh tahun tes IQ diyakini sebagai satu-satunya ukuran standar untuk mengukur kecerdasan manusia.

Tetapi pada tahun 1983 Howard Gardner, psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard AS merumuskan teori Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) dan menurutnya kecerdasan manusia tidaklah tunggal, tetapi jamak, dan setidaknya terdiri dari 9 komponen, yaitu kecerdasan matematis, linguistik, musikal, visual, kinetis, naturalis, interpersonal, intrapersonal dan spiritual.

Pada tahun 1987, Keith Beasley mengemukakan jenis kecerdasan lain yang tak kalah penting dalam mempengaruhi kesuksesan seseorang, yaitu EQ (Emotional Quotient). Istilah EQ menjadi popular setelah Daniel Golman mempopulerkannya melalui buku “Emotional IntelligenceWhy it can matter more than IQ” (Kecerdasan Emosional – Mengapa bisa lebih penting dari pada IQ) pada tahun 1995.

Kemudian di tahun 1997, Danah Zohar mengungkapkan jenis kecerdasan lain selain IQ dan EQ, yaitu SQ (Spiritual Quotient), yang menurutnya merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif sehingga bisa mencapai titik maksimalnya, dan berdampak pada kesuksesan dan keberhasilan seseorang.

Dan belakangan ditemukan pula kecerdasan lain yaitu Trancendental Quotient (TQ) yang merupakan pengembangan dari kecerdasan spiritual. TQ merupakan kecerdasan seseorang dalam memaknai hidup dan kehidupannya dalam perspektif  Ke-Tuhanan, saya menyebutnya sebagai Kecerdasan Ilahi. Inilah yang tertinggi dan terpenting!

IQ, erat kaitannya dengan kemampuan mengingat, memahami, menganalisa, mengevaluasi, dan memecahkan masalah. EQ, merupakan kecerdasan emosi, yang erat dengan kemampuan mengontrol perasaan diri sendiri, mengenali perasaan orang lain, adaptasi, kerjasama, disiplin, tanggung jawab, dan komitmen.

SQ, adalah kecerdasan jiwa yang erat kaitannya dengan kemampuan untuk bertindak jujur, adil, menghargai, kasih sayang, toleransi, empati, rendah hati, sikap ramah, dan sebagainya. SQ juga berarti kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi makna pada apa yang di hadapi dalam kehidupan.  SQ merupakan sumber bimbingan atau pengarahan bagi dua kecerdasan lainnya (IQ dan EQ).

TQ, adalah Kecerdasan Ilahiah, yang erat kaitannya dengan kemampuan seseorang memaknai hidup dan kehidupannya dalam perspektif Ilahi, bukan sekedar ritual atau doktrin agamawi. TQ merupakan pengembangan dari kecerdasan spiritual, yang mempunyai konsep visioner jauh ke depan dengan pertanyaan, “Siapakah aku, darimana aku (berasal), dan mau ke mana nanti aku (setelah mati)?”

Hubungan Keempat Kecerdasan

Goleman, menyatakan bahwa kesuksesan karir seseorang dalam dunia kerja banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ). EQ memberi konstribusi sebesar 85%, sementara IQ hanya 15%. Jika IQ adalah parameter kecerdasan kognitif (berpikir), dan EQ adalah parameter kemampuan pengendalian rasa (emosi), maka kecerdasan spiritual (SQ) dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mentransformasi dua aspek kecerdasan IQ dan EQ menuju kebijaksanaan dan pemahaman lebih mendalam.

Mungkin perbedaan dan hubungan antara IQ, EQ dan SQ ini mirip dengan Dianoia dan Phronesis. Dianoia adalah istilah yang digunakan oleh Plato untuk  cara berpikir matematis dan teknis. Sedangkan Phronesis, adalah istilah Aristoteles untuk inteligensi dan kebijaksanaan yang terkait dengan tindakan praktis yang kita lakukan, penilaian yang baik (a good judgements) dan kemuliaan karakter; dan sering diistilahkan sebagai nilai-nilai kebijaksanaan (practical virtue), atau prudentia (Latin). Thomas Mc.Evilley mengistilahkannya sebagai “mindfulness“.

Sedangkan kecerdasan transendental (TQ) sesungguhnya merupakan kecerdasan tertinggi yang dimiliki manusia sebagai karunia terindah dari Tuhan Yang Maha Pemurah. Kecerdasan inilah yang telah diterapkan para tokoh besar dunia, khususnya para tokoh agama yang mempunyai pandangan visioner jauh ke depan. Mereka menjalani hidup dalam kehidupan dengan mengikuti tuntunan ajaran agama, yaitu hidup dengan bekerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas, serta berbuat kebajikan bagi sesama dalam rangka menggapai kebahagiaan hakiki di dunia maupun di akhirat.

Roma 12:2, Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu (nous), sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Ajakan Tuhan adalah untuk memperoleh yang baik, yang sesuai dengan kehendak dan perspektif Ilahi, dan yang sempurna. Dan untuk itu kita harus mencapai TQ atau transcendental Quotient, melalui perubahan budi yang kita lakukan. Jangan berhenti hanya pada IQ, SQ atau SQ saja.

Marilah kita mulai untuk mengubah diri menjadi lebih baik, dengan menjadi takut akan Tuhan dan mengembangkan kecerdasan Ilahiyah (TQ) kita, sehingga kita dapat meraih yang terbaik dalam sukses yang diperkenan Tuhan, dan memiliki ketentraman serta bahagia yang sejati, yang tidak goyah oleh terpaan badai hidup apapun.

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu (kardia) dan dengan segenap jiwamu (psyche) dan dengan segenap kekuatanmu (ischus, strength, ability) dan dengan segenap akal budimu (dianoia), dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”  (Lukas 10:27).

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments