APAKAH Anda merasa mudah kuatir? Keyakinan dan kepercayaan Anda sering memudar? Apakah Anda termasuk orang yang gampang ragu-ragu saat harus mengambil keputusan? Parahnya, perasaan kuatir tidak dipengaruhi keadaan. Siapapun kita, apapun keadaan kita, berkelimpahan atau kekurangan, kekuatiran bisa terus menggerogoti.
Nyatanya, perasaan kuatir adalah sesuatu yang manusiawi, dan setiap orang pasti punya rasa itu. Ya, banyak sekali hal yang membuat seseorang menjadi kuatir. Kekuatiran selalu ada disetiap aspek kehidupan kita, mulai dari pilihan paling mudah hingga pilihan sulit, dari merencanakan sesuatu yang berhubungan dengan masa depan, hingga masalah sakit penyakit. Setelah mengambil keputusan pun masih saja dihinggapi rasa kuatir. Lantas, bagaimana kita mengatasinya?
Membawa dan Menyerahkan
Kekuatiran tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Berdoa adalah cara kita membawa dan menyerahkan segala kekuatiran kepada Allah. Namun, jika masih saja diliputi rasa kuatir meskipun sudah berdoa, berarti masalah ada pada diri Anda. Kita harus yakin bahwa apa yang kita doakan bukan hanya di dengar Allah, tetapi juga mampu memberi jawaban atas apa yang kita doakan. Bukankah doa yang benar besar kuasanya?
Seringkali yang menjadi penghambat justru ketidakkonsistenan hati kita. Misal, orangtua berdoa agar anaknya bisa sekolah di luar negeri. Namun, karena keraguannya bahwa nantinya harus berpisah dengan anaknya tersebut, maka hal itu yang menjadi kekuatirannya. Berdoa tetapi diliputi keraguan, yang akhirnya menjadi awal ketidakpercayaan kita. ‘Percaya’ berarti ada ketetapan hati.
Menaikkan Permohonan
Seseorang yang terus larut dalam kekuatiran akan terhambat dalam menjalani hidupnya, istilah sekarang sulit untuk move on. Memohon kepada sang empunya kehidupan adalah langkah bijaksana.
Jika Anda ditanya, lebih sulit mana memohon kepada orang yang Anda kenal atau memohon kepada orang yang belum Anda kenal sama sekali? Tentu lebih mudah kepada orang yang kita kenal, bukan? Saat seorang pemuda melamar kekasih yang telah lama menjadi pacarnya, kemungkinan diterima jauh lebih besar ketimbang melamar gadis yang belum dikenalnya.
Demikian pula saat kita memohon kepada Allah memberikan apa yang kita butuhkan. Apakah relasi dan keintiman kita dengan Allah sudah terjalin baik? Dengan keintiman, maka permohonan kita otomatis dipenuhi dengan keyakinan. Persekutuan kita dengan Allah menjadi dasar kayakinan pada saat menaikkan sebuah permohonan.
Bersyukur
Ucapan syukur merupakan sikap bahwa doa dan permohonan kita kepada Allah akan dikabulkan. Ucapan syukur berarti pula siap menerima apapun yang menjadi kehendak atau keputusan Allah. Ketika kita memohon sesuatu, maka kemungkinannya adalah dikabulkan atau tidak. Bersyukur berarti berterima kasih atas segala keputusan-Nya. Berterima kasih atas segala karunia baik yang telah dan akan diberikan Allah pada kita.
Kekuatiran akan merajalela saat kita tidak mampu bersyukur. Bersyukur akan apa yang terjadi dalam hidup kita, dengan pekerjaan dan pelayanan kita, dengan pasangan dan anak-anak kita, dengan sahabat dan lingkungan, dan lain sebagainya.
Kekuatiran adalah persoalan yang terus mewarnai kehidupan kita secara pribadi. Karena itu diperlukan relasi yang intim dengan Allah melalui doa, permohonan dan ucapan syukur. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4:6).