PANCASILA telah dijadikan filosofi bangsa, yakni dijadikan cita-cita bersama dan Ideologi bangsa untuk mencapai keutuhan masyarakat dan NKRI. Pancasila juga perlu dijadikan sebagai doktrin dalam bingkai NKRI. Artinya pancasila dijadikan sebagai pedoman dalam pelbagai aspek kehidupan termasuk beragama.
Falsafah saja tidak cukup, karena falsafah berada di dalam ranah relatif. Penerapannya pun beragam, sehingga ujung-ujungnya masuk ke ranah etika. Sebatas falsafah tidak mampu mengendalikan ideologi-ideologi lain. Tetapi jika pancasila dijadikan doktrin, maka siapa pun yang melanggarnya haruslah dinyatakan sesat dalam arti hukum dan undang-undang.
Dalam iman Kristen kita mengenal yang namanya dogma dan doktrin. Terkadang keduanya dianggap sama, sering juga disatukan dalam kata teologi. Namun, sesungguh dogma, doktrin dan teologi berbeda satu dengan yang lain meski berhubungan sangat erat.
Teologi merupakan rumusan pengajaran yang bersifat filosofis, juga disebut mazhab. Contohnya Teologi Lutheran, Calvinis dan Teologi Kontemporer. Dogmatika merupakan ajaran yang dimunculkan berdasarkan tafsiran, sehingga ajaran satu dengan yang lain berbeda-beda, misalnya ajaran tentang akhir zaman terkait dengan tiga setengah masa, dan tidak setengah masa ditafsir berbeda.
Sedangkan doktrin merupakan dasar pengajaran yang dibangun dari Alkitab atas dasar iman, dogma, teologi dan tidak multitafsir. Artinya berlaku universal bagi yang menganutnya, misalnya Alkitab adalah Firman Allah – hal ini tidak bisa lagi diperdebatkan. Yesus adalah Tuhan – ini doktrin yang tidak multitafsir dan tidak lagi diperdebatkan, kecuali orang-orang yang menolak.
Adalah baik jika pancasila dijadikan doktrin NKRI. Seluruh masyarakat Indonesia harus memegang, mempercayai dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sejak dini. Hanya dengan dijadikannya Pancasila sebagai doktrin NKRI, dengan disahkan dan dilindungi undang-undang, maka pancasila adalah kita dan slogan “saya Indonesia dan saya Pancasila” dapat terwujud secara konkret.
Lalu apa maksudnya pancasila adalah kita?
1. Pancasila Dasar Kita dalam bertindak dan Berelasi
Di dalam bertindak, pancasila harus dijadikan dasar. Misalnya, ada orang beda agama di sebelah rumah kita, dan kita merasa terganggu. Apa yang harus kita lakukan? Memarahinya? Mendemo dan mengusirnya? Saya pikir kita tidak boleh bertindak seweng-wenang. Pancasila mengajar kita Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Artinya kita tidak boleh merasa terganggu atas kehadiran orang yang beda agama, beda suku atau beda budaya. kita harus mengedepankan kemanusiaan, bukan ego kita.
Terkait dengan kehadiran orang beda keyakinan, suku dan bahasa. Jika memang ada yang mengganggu kita, khususnya dalam hal perilaku pancasila telah mengajar kita, yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat kebijaksaan, dalam Permusyawaratan Perwakilan. Ketika kita merasa terganggu dengan orang lain, kita tidak boleh mengusir dan mendemo, kita kedepankan musyawarah. Pelru dibicarakan dan mencari solusi.
2. Pancasila Perekat Kita
Pancasila merupakan alat perekat seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia yang paling majemuk ini, perlu ada perekat supaya tetap satu dalam perbedaan. Pertama-tama, kita harus menjadikan pancasila sebagai perekat kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kerekatan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa akan mempengaruhi kerekatan kita dengan sesama. Meskipun satu dengan yang lain berbeda dalam segalanya, namun dengan pancasila semuanya bisa menyatu.
3. Pancasila Ukuran Kita dalam hal Menilai dan Memutus
Dalam bermasayarakat di Indonesia, kita harus menggunakan kacamata pancasila untuk menilai seseorang. Ada oknum yang suka mengkafirkan orang karena menggunakan kacamata “kitab suci”, sehingga sering menimbukan gesekan. Menilai seseorang harus dengan Pancasila. Selagi orang tersebut mengakui pancasila sebagai Ideologi NKRI dan mencintai NKRI sepenuh hati, maka dia bukanlah kafir atau musuh, ia adalah saudara kita.
Dalam konteks pancasila, kita tidak bisa menilai dan memutuskan bahwa orang yang beda agama, suku dan budaya dengan kita adalah musuh. Di mata pancasila semua orang yang mencintai NKRI adalah anak-anak ibu pertiwi, maka sudah pasti bersaudara.
4. Pancasila Tujuan Kita
Perlu disadari bahwa pancasila tanpa usaha keras sulit untuk kita capai. Sebab itu, kita perlu bekerja sama mengusahakan supaya prinsip dan ajaran pancasila dapat tercapai. Presiden Soekarno mengatakannya dengan tepat, yakni ‘gotong royong’.
5. Pancasila Rumah Kita
Di kampung saya di Lolomoyo Kepulauan Nias, ada yang namanya rumah orang tua. Ketika anak-anak mereka sudah pada menikah dan memiliki rumah sendiri, maka ada satu rumah yang menjadi tempat berkumpul. Rumah orang tua umumnya digunakan baik dalam waktu suka, duka dan konflik. Biasanya, jika ada anak-anak yang bertengkar dan tidak bisa menyelesaiakan sendiri, maka tempat yang tepat untuk menyelasaikannya adalah rumah, dalam hal ini rumah orang tua.
Pancasila sangat tepat jika dikatakan sebagai rumah kita. Sehingga jika ada konflik satu dengan yang lain kita seharusnya kembali ke pancasila, bahwa pancasila ini merupakan perekat. kita seharusnya berdamai di dalam pancasila. Itu sebabnya penting selalu mengingat bahwa kita ini saudara.
Kita harus terus membina relasi satu dengan yang lain dalam bingkai pancasila untuk kedamaian dan keutuhan NKRI. Selamat hari lahir pancasila.
(Andreas Hasanema Giawa)