HomeJelajah KameraMembarui Diri, Cara Kita Beradaptasi

Membarui Diri, Cara Kita Beradaptasi

Setelah beberapa bulan tidak beribadah secara tatap muka karena pandemi, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sangkrah Solo pada Minggu, 23 Agustus 2020 melakukan ibadah tatap muka (On Site) pertama dengan menerapkan protokol kesehatan. Ibadah dalam rangka memeringati HUT GKI Ke-32 Tahun ini berlangsung singkat, tidak lebih dari satu jam.

Aturannya pun diperketat dengan menjaga jarak, memakai masker, cek suhu tubuh, cuci tangan dengan hand sanitizer, hingga tidak boleh ada kerumunan di gereja baik sebelum maupun sesudah ibadah. Jemaat yang datang hanya mengikuti ibadah dan segera meninggalkan tempat setelah kebaktian selesai.

“Gereja Yang Terus Membarui Diri” merupakan tema yang ditetapkan GKI pada Hari Ulang Tahun (HUT) nya yang ke-32. HUT ini sekaligus memeringati penyatuan GKI, yaitu GKI Jabar, GKI Jateng dan GKI Jatim. Tema tersebut mengingatkan GKI untuk tidak boleh berhenti, tetap memberi arti dan menjadi momentum memperbarui diri dalam persekutuan, kesaksian dan pelayanan. Gereja harus bergerak keluar, beradaptasi dengan kehidupan yang terus berubah.

Melalui kotbahnya, Pdt. Mungki Aditya Sasmita menegaskan kembali, bahwa gereja berada dalam dunia yang terus berubah. Wabah ini membuat seluruh dunia porak poranda, semua harus berubah termasuk dalam beribadah. “Protokol dan prosedur kesehatan harus diberlakukan, dan kita tidak tahu sampai kapan keadaan seperti ini,” imbuhnya.

Mungkinkah Gereja Akan Punah?
Untuk menjawab itu Pdt. Mungki melandaskan kotbahnya dari Matius 16: 13-20, yaitu percakapan Yesus dengan para murid. Ada dua hal penting dalam percakapan tersebut. Pertama, pengakuan para murid yang diwakili Petrus bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Kedua, penekanan Tuhan Yesus “di atas batu karang ini jemaat-Ku berdiri.

Selanjutnya Pdt. Mungki menjelaskan bahwa Allah sendirilah ‘batu karang’ itu. Allah yang menjadi dasar dari gereja, jadi alam maut tidak dapat menguasainya.

Pengakuan Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup membawa konsekuensi kesediaan untuk mengikut Dia: memikul salib dan menyangkal diri. Pengakuan iman ini bukan sebuah rumusan yang dihafalkan, tetapi diresapi dan dihidupi.

Dari percakapan Yesus dengan para murid itu kita bisa renungkan:
Pertama, gereja harus berdiri di atas dasar yang benar, kokoh dan kuat yaitu Allah sendiri dan memegang teguh pengakuan iman yang benar, yaitu Yesus adalah Mesias, Anak Allah dan juru selamat dunia.

Kedua, penyangkalan diri dan memikul salib menjadi landasan bagi perubahan dan pembaruan gereja.

Jangan pernah takut pada perubahan, karena kita berdiri di batu karang yang kokoh. Pegang teguh bahwa Allah adalah juru selamat yang memberi jaminan keselamatan pada kita. Allah yang setia tetap mendampingi dan menuntun gerejanya melakukan setiap panggilannya.

Perubahan terjadi jika kita melakukan kehendak Allah. Kerelaan menyangkal diri dan memikul salib.
Merasa paling baik dan benar, maka sulit untuk berubah. Perubahan bukan sembarang perubahan, tetapi berusaha terus mencari apa yang menjadi kehendak Allah dan makin serupa Kristus.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments