“Kasihan ya, anak masih umur segitu kok disuruh melakukan pekerjaan rumah,” celetuk seorang sahabat saat melihat anak kami menyapu dan mengepel lantai rumah.
Kami memang berkomitmen mendidik anak bukan hanya dalam hal akademis saja, tetapi membiasakan mereka sedari kecil tahu tentang hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan nyata. Bagaimana cara mencuci baju, mencuci piring yang benar, membersihkan rumah, mengganti gas pada kompor, hingga mengolah masakan sederhana.
Pernah suatu kali saya ajak anak kedua kami yang masih SMP ikut naik ke atap rumah untuk membersihkan kotoran agar tidak menyumbat talang rumah kami. Pernah juga mengajak anak pertama kami ikut mengganti ban mobil ketika bocor.
Hal yang mungkin sudah dilupakan para orang tua zaman ini. Ya, mendidik dan membiarkan anak melakukan hal-hal yang mungkin remeh dan dianggap tidak perlu. Padahal dengan mengajarkan hal semacam itu, justru memberi pembelajaran anak dalam mengatasi pelbagai problematika hidup serta kemampuan bertahan hidup.
“Buat apa ada pembantu? Buat apa ada orang tua yang seharusnya melakukan itu semua? Biarkan anak-anak fokus pada pelajaran sekolah saja,” demikan sejumlah komentar dari para orang tua zaman now. Mereka akan lebih memilih membayar pembantu dan memberi pendidikan tambahan agar prestasi akademisnya melesat tinggi.
Mempersiapkan anak bukan hanya memberi pendidikan akademis hingga setinggi langit. Ada persiapan-persiapan lain yang orang tua harus berikan. Tega membiarkan anak menghadapi kesulitannya sendiri adalah bagian dari mempersiapkan anak. Sebab hal-hal itulah yang nantinya dihadapi anak kelak ketika waktunya mandiri.
Adversity Quotient
Selain IQ dan EQ perlu dipersiapkan juga AQ (Adversity Quotient). AQ adalah kecerdasan seseorang dalam menghadapi situasi masalah atau hambatan dalam kehidupan. Merupakan bagian dari kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengatasi problema hidup dan siap menghadapi tantangan kehidupan. Nah, AQ di sini berguna agar anak menjadi tangguh, mandiri, disiplin, tidak mudah menyerah, tidak gampang dirundung orang lain, dan bertanggungjawab.
Kecerdasan ini tidak begitu saja ada tetapi membutuhkan peran orang tua. Butuh pendampingan terus menerus, butuh ketegasan dibarengi kedisiplinan tinggi. Mendidik anak agar mempunyai AQ yang baik terkadang terkesan keras. Karena itu butuh kemauan dan tekad keras juga dari orang tua, ada perjuangan serta waktu yang tidak sedikit.
Dari pada harus membayarnya di kemudian hari, lebih baik mempersiapkan kecerdasan AQ ini jauh sebelumnya. Tidak selamanya anak akan selalu bersama orang tuanya, bukan? Dan tidak selamanya orang tua selalu bisa melindungi anaknya hingga dewasa kelak. Sebab tugas setiap orang tua bukan hanya mendidik dan membesarkan, tetapi mempersiapkannya untuk berpisah pada akhirnya.
