Matahari belum muncul saat terdengar suara ramai di depan rumah. Kulihat beberapa orang berbadan tegap dan besar dengan memakai pakaian yang kelihatannya sama semua. Orang paling depan terlihat masuk rumah dan dengan suara keras berbicara kepada tuanku.
“Kami minta engkau sediakan segera dua balok kayu. Satu berukuran delapan hasta, satu berukuran empat hasta. Cepaat…!!!”
“Oh tuanku, selamat pagi….selamat pagi. Maaf kayu apa yang tuanku pilih?”
“Aku tidak mau tahu, tapi kayu itu haruslah kayu yang baik dan kuat. Harus nomor satu, supaya ketika didirikan kayu itu tidak patah, kalau patah. . . kami akan kembali ke sini mematahkan kaki-kakimu. Paham?”
“Eh eh ya ya ya…paham…paham tuanku. Pilihannya tidak banyak, hanya ada kayu pinus dan aras (cedar = cedrus libani). Kayu aras yang paling kuat. Apakah tuanku mau memilihnya?”
“Ya tentu araaas…! Itu kan kayu yang terkenal kuat dan banyak dipakai. Ayo jangan banyak omong lagi, kerjakan sekarang, kami tunggu!”
Dengan tergopoh-gopoh tuanku segera mengajak anak lakinya ke pojok tempatku berbaring. Di sekelilingku banyak keluargaku bertumpuk, juga kayu pinus dan kayu kecil-kecil lainnya yang aku belum kenal. Tuanku segera mengambil aku dan sepupuku yang tdak terlalu panjang. Aku paling gagah dan tinggi, tak heran tuanku segera mengambillku dan membawaku ke tanah untuk dikelupas kulit luarku.
“Oooh segarnya udara pagi ini tanpa pakaian luarku, dari mereka dulu aku dapat makanan. Setelah seseornag menebangku, pakaian itu malah membuatku sesak.”
Aku dan sepuku dibawa orang-orang Badan Tegap tadi ke sebuah bangunan besar. Entah siapa tuan di sini, tetapi kelihatannya penjagaan sangat ketat, pastilah orang penting. Ah betapa bangganya aku, terpilih melayani orang-orang top, pikirku. Aku sering mendengar betapa bangga para pendahuluku bercerita tentang ketenaran leluhur kami ratusan tahun lalu. Leluhur kami terkenal sebagai bahan bangunan yang berkualitas tinggi, kuat, indah dan awet sekali. Konon Raja Salomo yang top markotop itu mendatangkan banyak sekali leluhurku dari Lebanon untuk rumah ibadah bangsanya. Pokonya aku bangga full.
“Sialan…! Tanganku kena serpihan kayu!”, jerit seorang Badan Tegap sambi melepaskan aku jatuh ke tanah. Hahaha. . . badan boleh tegap tapi kena serpihanku (Jw:tlusupen) dikit aja kok langsung teriak. Badan Tegap lain berteriak, “Hei…ayo angkat lagi. Kita harus cepat”. Kami dibawa ke kerumunan orang banyak. Matahari baru mulai nampak tetapi telah banyak orang berkerumun. Muka mereka kelihatan tidak ramah. Aku juga belum mendengar ada berita apa akhir-akhir ini di kota orang-orang tinggal. “Mana Yesus, bawa keluar Yesus…”, orang-orang berteriak bersautan.
Muncul sosok yang penuh luka di wajah dan darah kering dimana-mana, diseret Si Badan Tegap. Kami ditaruh dipundak-Nya dan Dia dipaksa untuk berjalan mengikuti rombongan yang meneriakkan caci maki. Mereka bergantian memukul, meludahi dan menghina-Nya dengan makian. Siapa Dia ya, mengapa mereka melakukan hal-hal ini kepada-Nya? Apa Dia yang disebut “Yesus Yesus” tadi itu? Dia mau diapakan dan dibawa ke mana? Kami terdiam mengikuti rombongan itu. Suasana bertambah riuh, orang-orang bergabung dengan rombongan itu dan bergantian menganiaya Si Sosok.
Tubuh Si Sosok penuh luka itu dibaringkan di atas kami. Tangan dan kaki-Nya diikatkan kepada kami. Gerombolan Badan Tegap mengelilingi kami dan tertawa-tawa gembira. Sesaat kemudian, mereka berkerumun di bagian ujung sepupuku. Dan “dhak dhak dhak…”, sosok di atasku menggeliat berseru “aahhhggg…” Ada batang besi yang dipukulkan keras masuk ke tubuh kami. Si Sosok di atas kami kembali menggeliat dan mengerang-erang, sementara derai tawa dan olok-olok gerombolan Badan Tegap terus berlanjut. Kenapa Sosok ini ya?
Saat kami diberdirikan, Si Sosok itu tergantung pada kami. Di sisi kami ternyata juga ada kayu-kayu lain dan ada dua orang yang tergantung. Sayup kami mendengar isak seorang wanita “…anak ku, oh anak ku”, suaranya bergetar. Kami melihat sekeliling, orang-orang tertawa memandangi Si Sosok yang melekat pada kami. Ada juga sedikit orang yang menutupi mukanya melihat Si Sosok itu. Kami merasakan sejuk angin membelai tubuh belakang kami, di tubuh bagian depan kami merasakan kulit Si Sosok yang menempel dan lengket darah-Nya. Tak banyak yang dapat dilakuakn Si Sosok selain menggeliat perlahan ke sana kemari.
Matahari makin tinggi, orang-orang tetap berkerumun di sekeliling kami. Si Sosok tiba-tiba berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Sementara Gerombolan Badan Tegap sambil tertawa-tawa mengundi jubah Si Sosok. Orang di sebelah Si Sosok itu menghujatnya, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami! Tetapi satunya menegor dia: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah. Ia melanjutkan, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”.
Ooo… sosok ini bernama Kristus atau Yesus atau juga Raja. Wuuiii mantap nih, ternyata kami melayani Raja. Takdir leluhur kami terus berlanjut, mereka dulu melayani Raja Salomo, kini aku dan sepupuku melayani Raja, yaitu Kristus, yaitu Yesus. Rupanya Si Sosok mengerti pembicaraan kami, Dia memandangku dan tanpa suara bertanya, “Kamu kuat dan bagus, siapa kamu?”, “Namaku Aras”, kataku dalam hati berbunga-bunga.
Tiba-tiba matahari ditutup awan dan gelap gulita di sekeliling kami. Orang-orang berteriak ketakutan dan kemudian menjadi sunyi sekali. Nafas Si Sosok semakin lemah dan tidak beraturan. Kami berupaya mengeluarkan getah kami yang berbau harum. Si Sosok menarik nafas dalam-dalam menghirup harum getah kami. Nafas-Nya perlahan kembali teratur, badan-Nya menjadi tenang.
Lalu kami mendengar Si Sosok berujar, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”. Setelahnya kepala Si Sosok terkulai, tangan-Nya juga menjadi lemas. Melihat semua hal ini Kepala para Badan Tegap memuliakan Allah, katanya: “ Sungguh orang ini adalah orang benar!” Kami juga menyaksikan orang-orang yang menonton pulang sambil memukul-mukul diri. Hanya beberapa wanita yang masih tinggal. Ah..rupanya Yesus sosok Raja yang Benar, yaa… kami senang dapat kenal dan melayani-Nya. Sore itu juga tubuh Yesus diturunkan dari badan kami. Wanita-wanita menangis pilu saat membersihkan wajah dan tubuh Yesus.


