Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) Kota Surabaya kembali menggelar acara seminar kesehatan, pada Senin, 20 Juni 2022. Acara yang digelar di Gereja Bala Keselamatan, Surabaya ini menghadirkan dua narasumber langsung, yaitu dr. Mulyadi Wongso, Sp.PD., dokter spesialis penyakit dalam dan dr. Tio Andrew Santoso, Sp.N., dokter spesialis neurologi.

Ketua Umum BAMAG Surabaya, Pdt. Dr. M. Sudhi Dharma melalui sambutannya mengatakan, sudah saatnya Indonesia ini memasuki bukan lagi pandemi tetapi sudah endemi, sehingga kita bisa menikmati kelonggaran-kelonggaran dan bisa beraktivitas di masa endemi.
“Seminar kesehatan dengan tema ‘Kualitas Hidup di Masa Senja’ adalah sesuatu yang harus kita pikirkan. Harapan saya para narusamber dapat memberi informasi yang berguna dan bermanfaat bagi kita semua,” kata Sudhi Dharma.
Sementara itu mewakili tuan rumah, dr. TB. Rijanto, direktur RS. William Booth, Surabaya mengatakan, bahwa kita sudah menjadi berkat satu dengan yang lain. Kita patut bersyukur kepada Tuhan bahwa ini sebuah kesempatan kepada kita melalui berkat dari seminar kesehatan malam ini.

Sebagai narasumber pertama, dr. Mulyadi Wongso memaparkan tentang “Hidup Berkualitas Lansia”. Populasi Lansia Kota Surabaya tahun 2019 adalah 8,8% dari penduduk Kota Surabaya sekitar 2 juta penduduk, dan ini akan semakin banyak. Karena kehidupan semakin baik, maka harapan hidup lansia akan makin meningkat.
Dikatakan lansia jika seseorang telah memasuki usia 60 tahun. Semakin lama, jumlah lansia ini akan semakin banyak. Artinya, bahwa lansia harus mendapat penanganan yang baik dari masyarakat, warga maupun negara. Lansia memengaruhi daya tahan suatu negara, karena itu tidak bisa dianggap remeh dan harus ditangani dengan benar agar hidupnya tetap berkualitas.
Tak bisa dipungkiri bahwa lansia mengalami banyak perubahan pada seluruh tubuhnya. Misalnya, penuaan pada kulit, sistem kadiovaskular, sistem pencernaan, sistem kekebalan tubuh, dan kehilangan masa otot, tulang serta sendi.
Penyakit terbanyak yang dialami lansia, antara lain hipertensi, arthritis, stroke, penyakit paru, diabetes mellitus, kanker, penyakit jantung koroner, batu ginjal, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Sedangkan dampak dari penuaan, antara lain menurunnya daya tahan fisik, kehilangan status sosial karena perubahan peran kehidupan, merurunnya fungsi kognitif yang disebabkan depresi, kecemasan dan dementia, serta perubahan sensoris, penurunan daya ingat dan perlambatan reflek.
Pada lansia biasanya juga mengalami Sindrom Geriatri, yaitu tidak mampu bergerak, tubuh tidak seimbang, tidak mampu menahan BAK/BAB, keterasingan, impoten, penurunan kekebalan tubuh, infeksi, lemah karena kurang makan, sembelit, sulit tidur, berkurangnya fungsi panca indra, ketidakberdayaan dan berkurangnya kecerdasan.
Tetap Berkualitas Meski Sudah Lansia
Masa lansia memang sering diindentikkan dengan masa pensiun. Sebagian besar lansia kemudian merasa bosan dan depresi dengan kondisi tersebut. Mereka takut karena munculnya pelbagai penyakit hingga kematian.
Padahal seorang lansia harus mampu membuat lompatan baru. Lansia harus berpikir bahwa mereka tidak pensiun dan kemudian diam saja, tetapi lansia mempunyai peran baru, pengalaman baru dan kontak sosial yang baru.
Intinya, lakukan dan tetap kerjakan sesuatu yang bisa lansia kerjakan. Misalnya, kalua punya hobi olah raga, tetaplah lakukan olah raga sesuai porsinya, dan kalau hobi menulis, tetaplah lakukan kegiatan menulis tersebut, dan lain sebagainya.
Tip bagi lansia agar kualitas hidup dan kesehatan meningkat, antara lain tingkatkan gaya hidup sehat; makanan sehat, bergizi, seimbang dan kaya serat, kalsium, protein, rendah lemak, kolesterol, dan rendah garam; latihan fisik teratur; latihan kecerdasan piiran; kegiatan yang disukai; kegiatan sosial, tidur cukup (7-9 jam); chek up kesehatan rutin.

Sedangkan narasumber kedua, dr. Tio Andrew Santoso lebih fokus pada pemaparan penyakitnya. Salah satu penyakit yang banyak dialami lansia adalah stroke, yaitu suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak, karena berkurangnya suplay darah atau pecahnya pembuluh darah secara spontan. Jadi semua yang mendadak terjadinya maka dicurigai suatu stroke.
Di Indonesia terjadi peningkatan kasus stroke sehingga tinggi pula tingkat kematian dan kecacatan. Angka kematian hingga 15.9 persen (umur 45-55 tahun), 26,8 persen (umur 55-65 tahun), dan 23,5 persen (umur di atas 65 tahun). Sedangkan penderitanya lebih banyak dialami laki-laki dibanding perempuan.
Stroke juga cenderung menyerang orang usia muda yang produktif dan dapat menimbulkan masalah ekonomi. Perlu diingat bahwa stroke bisa terjadi berulang pada orang yang pernah mengalami stroke.
Stroke sendiri dibagi menjadi dua. Pertama, Strike Iskemik (penyumbatan), yaitu terjadi karena gangguan aliran pembuluh darah otak karena sumbatan plak lemak atau berasal dari jantung. Kedua, Stroke Perdarahan, yaitu terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak.
Jadi, stroke ini terjadi karena ada aliran darah di otak yang terganggu sehingga sel otak mengalami kematian. Kalau dilihat lebih lanjut, ada penyempitan pembuluh darah karena adanya lemak-lemak yang menempel pada pembuluh darah, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak menjadi berkurang.
Pada pembuluh darah pecah terjadi karena pembuluh darah itu tiba-tiba mengalami pecah, sehingga darah akan membanjiri otak kita yang mengakibatkan kematian pada sel otak.
Bila sudah mengalami penyumbatan, kemudian tekanan darah kita terlalu rendah sehingga pompa jantung ke otak juga berkurang, otomatis karena ada penyumbatan maka otak ini akan berkurang alirannya. Misal, ada orang yang tiba-tiba tensinya rendah, bicaranya pelo sebentar, dan tiba-tiba kembali normal. Hal ini kemungkinan besar ada sumbatan karena tensinya rendah, dan jika tensinya sudah cukup baik, pompa darah ke otak kembali lagi maka kembalilah fungsi syarafnya.
Sedangkan pembuluh darah yang pecah bisa terjadi karena tekanan darah yang tiba-tiba. Orang yang tidak biasa dengan tekanan darah yang tinggi, dan tiba-tiba mengalami tekanan darah tinggi, jika tidak kuat maka pembuluh darah akan pecah. Perlu diingat bahwa tidak ada patokan tekanan darah yang menyebabkan pembuluh darah itu pecah, masing-masing orang punya riwayat dan daya tahan sendiri.
Adapun faktor penyebab terjadinya stroke iskemik yang bisa dihindari, antara lain obesitas, merokok, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, kolesterol, jarang olah raga, penyakit jantung, alkohol, tumor, stress dan kurang tidur. Sedangkan penyebab stroke perdarahan, antara lain hipertensi, kelainan darah, obat-obatan, tumor otak dan keradangan pembuluh darah otak. Untuk masalah usia, jenis kelamin, ras dan genetik adalah faktor yang tidak bisa dihindari.
Sedangkan gejala stroke, antara lain gangguan kesadaran, nyeri kepala, mual, muntah dan kejang. Untuk gejala lokal, yaitu kelumpuhan separuh tubuh, wajah mencong, bicara cadel, susah menelan, gangguan fungsi keseimbangan, pendengaran, penglihatan, rasa, serta ganguan perilaku dan fungsi luhur (menurunya kemampuan berpikir dan mengingat).
Kenali Gejala dan Cara Mengobati
Untuk mengenali gejala stroke ada tiga cara yang disingkat dengan “SEGERA”. Pertama, “SE” yaitu Senyum. Pasien diminta senyum dan dilihat adakah sudut mulut yang tidak sama? Kedua “GE” yaitu Gerak. Pasien diminta menggerakkan tangan ke depan dan dilihat apakah ada kelemahan atau kelumpuhan? Ketiga “RA” yaitu Bicara. Ajak pasien bicara apakah terjadi bicara cadel atau lidah pendek?
Sedangkan cara mengobati stroke adalah segera mungkin berobat ke dokter atau Rumah Sakit terdekat. Sebab penanganan semakin dini, maka hasilnya akan semakin baik. Jika mengalami stroke jangan segera turunkan tekanan darahnya, hati-hati pemberian obat-obatan yang tidak jelas. Istirahat dan minum obat serta kontrol secara teratur akan mencegah stroke berulang.
Seminar kesehatan yang digelar secara onsite ini dihadiri oleh beberapa pengurus BAMAG serta jemaat dari pelbagai denominasi gereja. (doc/brkt)