HomeParentingBantu Anak Melindungi Diri Sendiri

Bantu Anak Melindungi Diri Sendiri

SELAMA ini masalah penyimpangan seksualitas anak menimpa pada keluarga miskin yang menelantarkan anak dan atau melakukan pola asuh salah. Adanya isu narkoba, pornografi dan media sosial, maka masalah merambah juga ke kelas menengah. Eskalasi masalahnya menjadi naik secara drastis karena penjahat tega menggunakan anak menjadi pelaku tindak kejahatan seperti mencopet, merampok dan mengedarkan narkoba.

Problem yang terjadi sekarang adalah lingkungan rumah, sekolah, komunitas dan masyarakat tidak aman untuk anak. Lingkungan sosial yang tidak aman tidak hanya berdimensi fisik tetapi juga di dunia maya melalui media sosial. Dampak buruk media sosial sungguh belum sepenuhnya disadari orang tua.

Masalah Orang Tua Zaman Sekarang

Sungguh tidak mudah menjadi orang tua di zaman sekarang karena lingkungan sekolah maupun masyarakat tidak aman lagi untuk anak. Bahkan di kamar anak saja tidak aman jika dia menggunakan gadget.

 

Dulu orang tua yang baik dan tidak menelantarkan anak bisa melindungi anak untuk ketemu orang asing yang membahayakan dengan memberi batas fisik yang jelas dan tegas. Sekarang orang tua yang peduli anak tidak bisa melindungi anak dari kemungkinan ketemu seseorang asing yang jahat. Anak dan orang jahat ini bisa bertemu di media sosial. Orang tua belum sadar bahaya dari media sosial yang telah menjadi modus operandi penjahat kelamin maupun predator anak.

Dulu anak-anak yang terlantar dan mendapatkan pola asuh salahlah yang berpotensi untuk terjerumus ke dalam masalah, sehingga masa depan baiknya terancam. Namun, ancaman rusaknya masa depan anak bisa terjadi pada orang tua yang menjaga dan penuh perhatian pada anak saat ini. Hal ini terjadi karena perubahan teknologi, gaya hidup dan tuntutan zaman yang sama sekali berbeda.

Orang tua sekarang harus memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup agar bisa melindungi anak-anaknya, sekaligus bisa menjaga tumbuh kembang anak. Pendidikan agama untuk anak saja tidak cukup. Pendidikan agama yang diberikan sebaiknya jangan sebatas ritual dan pengetahuan semata. Saatnya pendidikan agama diberikan dengan diintegrasikan ke dimensi lain.

Masalah yang Akan Menghancurkan Masa Depan Anak

Dampak lingkungan yang tidak aman termasuk pengaruh gadget dengan mudah akan membawa anak mengalami masalah seperti kecanduan game, ketemu orang yang salah di media sosial, pornografi, kecanduan narkoba, seks dini, aborsi, pembunuhan janin dalam kandungan maupun di luar janin. Masalah ini jika menimpa anak maka kemungkinan besar masa depannya menjadi suram atau hancur.

Jika anak mengalami satu masalah maka akan mengundang masalah lain. Sebagai contoh, anak kecanduan narkoba maka akan terkait dengan prestasi belajarnya. Dampak dari kecanduan narkoba adalah kerusakan otak yang permanen. Belum lagi anak yang kecanduan akan berhadapan dengan isu trafficking dan tertular HIV.

Seks dini terkait dengan anak yang terpapar terus menerus masalah pornografi dan tubuhnya yang cepat matang karena gizi baik. Peluang anak untuk kecanduan seks ketika dia mulai melakukan hubungan seks sebelum waktunya begitu besar. Pornografi merupakan ancaman yang lebih berbahaya dari kecanduan narkoba karena syaraf yang dirusak sebanyak 5 sedangkan narkoba 3.

Masalah ditambah dengan banyaknya anak sekarang memiliki daya tahan yang rendah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Karena itu mereka menjadi mudah tergoda melakukan hal-hal yang memudahkan mereka melupakan masalah yang dihadapi dengan cara pintas seperti menggunakan narkoba dan melakukan hubungan seks.

Pendidikan Inner Power Anak

Untuk menghadapi masalah-masalah yang mengancam langsung masa depan anak, maka orang tua sebaiknya mendidik dan membentuk kekuatan anak yang bersumber dari dalam dirinya. Pendidikan yang partisipasif dengan berpegang pada hak anak untuk tumbuh dan berkembang serta mendapatkan perlindungan.

Ketrampilan hidup harus diberikan kepada anak seperti pendidikan menghadapi media sosial, seksualitas dan kesehatan reproduksi, narkoba. Juga pendidikan bagaimana mengelola persoalan-persoalan yang dihadapi. Termasuk memberikan pendidikan gender. Bagi anak laki maka perlu ada pendidikan maskulinitas baru. Sedangkan bagi anak perempuan perlu diberikan pendidikan untuk bisa asertif. Peran orang tua tidak bisa lagi otoriter jika ingin anak terstimulus untuk berkembang.

Jadi intinya peran orang tua dalam menghadapi situasi seperti itu adalah 1) menjaga ruang anak untuk tetap bisa mengeksplorasi dan mendapat stimulus yang tepat untuk bisa bertumbuh dan berkembang dengan bebas, 2) mendidik karakter dan budinya sekaligus bisa hidup dengan praktis, 3) memberi soft skill seperti pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi yang hasilnya adalah membuat anak bisa melindungi diri (self defens) secara fisik, psikis, sosial dan spiritualitas.

Bagaimana Respon Orang Tua dan Orang Kristen?

Secara mikro orang tua tetap bertanggung jawab menginternalisasikan nilai Kristiani yang prinsipial tentang takut Tuhan, kasih, kebenaran dan keadilan. Nilai-nilai ini sebaiknya diinternalisasikan melalui contoh dan dihubungkan dengan praktek kehidupan sehari-hari. Jangan hanya jadi jargon yang penerapannya membingungkan anak.

Secara makro orang-orang Kristen termasuk gereja harus terlibat membangun lingkungan keluarga, sekolah, komunitas dan masyarakat yang aman untuk anak bertumbuh dan berkembang. Sekaligus juga kita terlibat pada urusan perlindungan anak dari pelbagai kekerasan dan eksploitasi. Selama ini perlindungan anak menjadi urusan keluarga dan komunitas saja.

Secara sosial belum ada tradisi bersama untuk melindungi anak. Tradisi ini baru kita bangun bersama, antara lain gereja harus mau terlibat aktif. Perlindungan dan keamanan lingkungan di tingkat sosial pada akhirnya akan berdampak pada perlindungan anak satu persatu.

(Esthi Susanti Hudiono)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments