SEORANG perempuan muda membelikan dan mengantarkan sekotak donut kepada saudaranya. Setelah melihat beberapa varian donut yang diterimanya, saudaranya itu berkata, “wah, saya tidak suka yang ada taburan gula lembutnya, susah makannya.” Bukannya berterima kasih, saudaranya itu malah mengkritik apa yang diterimanya.
Cerita singkat di atas menggambarkan bagaimana seseorang yang tidak biasa berterima kasih. Di dalam kamus bahasa Indonesia, terima kasih sama saja dengan rasa syukur. Dan berterima kasih berarti mengucap syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan.
Bersyukur menjadi hal yang seharusnya mudah dilakukan tetapi kerap kali dilupakan. Kalimat ini sering diabaikan orang karena beberapa alasan.
Kalimat bersyukur berasal dari kata “syukur” yang artinya rasa terima kasih kepada Tuhan. Bersyukur biasanya dilakukan seseorang karena terhindar dari maut, memperoleh apa yang diinginkan, menerima kabaikan, sembuh dari penyakit dan lain sebagainya.
Tiga Hal Berikut Membuat Seseorang Sulit Bersyukur:
Pertama, tidak memiliki rasa cukup atas apa yang dimilikinya
Setiap orang cenderung tidak pernah cukup sampai ia tidak tahu lagi apa yang dibutuhkan. Seorang pemuda menginginkan hidup kaya, ia lalu bertekad mewujudkan keinginannya itu dengan bekerja keras. Singkat cerita, semua keinginan itu terpenuhi. Tapi apakah pria itu merasa cukup? Tidak, ia belum merasa cukup dan terus mencari kekayaan lebih dan lebih lagi, karena apa yang ia cari belum memenuhi keinginannya.
Orang yang tidak memiliki rasa cukup cenderung tidak bisa menikmati hidup meski kekayaannya menumpuk. Rela berlagak miskin karena takut hartanya cepat habis. Keinginannya untuk mengeluh lebih besar ketimbang mensyukuri apa yang sudah di dapatnya. Orang seperti ini biasanya kurang beriman.
Kedua, menganggap hal yang terjadi dalam hidupnya adalah hal biasa yang tidak perlu disyukuri
“Ah, saya mendapatkan ini semua karena kerja keras saya sendiri, wajar kan?” Ucap seorang pengusaha kaya. Bukankah kita juga sering merasa seperti itu? Kita bekerja dan menerima penghasilan, kita melakukan sesuatu dan mendapat imbalan, kita melakukan kebaikan dan mendapat pujian. Semua itu wajar dan biasa terjadi dalam kehidupan kita, bukan? Maka, tidak ada yang perlu disyukuri.
Kerapkali kita lupa bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak-Nya. Apa yang kita kerjakan dan peroleh bukan kebetulan. Selain itu, bersyukur bukan saja untuk hal baik saja tetapi untuk hal-hal buruk pun kita patut bersyukur. Bukahkah di balik hal-hal buruk pasti ada kebaikan yang bisa kita syukuri?
Tuhan menghendaki agar kita senantiasa bersyukur, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18).
Ketiga, Karena sering membanding-bandingkan dengan apa yang dimiliki orang lain
Penyakit yang bernama ‘iri’ menjadi penyebab untuk tidak bersyukur. Meski sudah punya rumah, masih iri dengan rumah tetangga yang kelihatan lebih indah. Sudah punya mobil, masih iri dengan mobil orang lain yang lebih keren. Bahkan sudah memiliki istri cantik, masih kepingin istri teman sendiri yang terlihat lebih seksi. Sikap iri biasanya terjadi tatkala melihat orang lain hanya dari sisi yang baik dan enaknya saja tanpa melihat pergumulannya.
Di saat seseorang membanding-bandingkan segala sesuatu dengan milik orang lain, maka yang muncul bukanlah rasa bersyukur tetapi justru rasa tidak puas. Nah, jika sudah tidak puas dengan apa yang di dapat pastilah sulit untuk mengucap syukur. “Apa yang sudah Tuhan berikan kepada saya? Kok rumah tangga kami selalu kekurangan bahkan hidup kami hanya begini-begini saja.” Gerutu seorang ibu.
Seringkali seseorang lebih suka menuntut. Seorang anak selalu menuntut orangtuanya begitu juga sebaliknya; seorang istri menuntut suaminya atau sebaliknya; atau seorang bawahan selalu menuntut atasannya dan sebaliknya. Begitu juga dengan hubungan manusia dengan Tuhannya. Bukankah manusia lebih suka menuntut ketimbang menaati perintah-Nya?
“Saat kita terlalu banyak menuntut, maka kita akan kehilangan kebahagiaan hidup.”
Hidup akan menjadi indah bila kita dapat mensyukurinya. Orang yang bersyukur dapat menerima kenyataan, tetapi orang yang tidak bersyukur lari dari kenyataan. Jadi, orang yang bersyukur tidak perlu menunggu ketika ia berkelimpahan, ketika ia sukses atau tercapai apa yang ia inginkan.