TANPA terasa 25 tahun sudah berjalan cinta kasih yang dilalui pasangan Pdt. Andreas Hendra Buana, S.Th. dan Elly Buana. Rencana Tuhan dalam diri mereka berdua dimulai dari pertemuan di antara keduanya kurang lebih 30 tahun yang lalu di sebuah kota bernama Mojokerto.
Mereka berdua bertemu dalam situasi sebagai sesama anggota kaum muda di salah satu gereja di Mojokerto. Di samping itu, Andreas Hendra Buana, adalah teman akrab dari kakak ibu Elly Buana. Akan tetapi benih-benih cinta belum tumbuh diantara mereka berdua. Mereka sama-sama aktif dalam pelayanan, bahkan di tempat ini Andreas Hendra Buana mendapat panggilannya sebagai seorang hamba Tuhan dengan cara yang tanpa disangka sama sekali. Tetapi keajaiban panggilan-Nya inilah yang telah membuat hidup mereka berdua menjadi indah.
Panggilan Tuhan inilah yang membuat Andreas Hendra Buana meninggalkan Mojokerto untuk berangkat ke Yogyakarta selepas SMA pada tahun 1967. Sebagai persiapan menjadi hamba Tuhan, beliau menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Theologia Duta Wacana (saat itu Elly Susi Lundrajanti) juga berangkat ke kota yang sama. Dan mungkin Tuhan memang berkehendak untuk mempertemukan mereka berdua dalam satu ikatan yang lebih erat. Akhirnya di kota inilah benih-benih cinta mulai tumbuh di hati mereka.
Andreas Hendra Buana berhasil menyelesaikan studinya dengan meraih gelar B.Th. dan beliau mulai melakukan pelayanannya di GKI Jatim Jombang per 1 Januari 1972. Empat bulan kemudian, tepatnya 14 April 1972, beliau menikah dengan Elly Buana, 27 Februari 1973 lahirlah putra pertama Yoshua Alpha Buana, dan pada bulan Mei tahun yang sama Andreas Hendra Buana, S.Th ditahbiskan menjadi pendeta. 29 September 1974 lahir anak kedua mereka, Billy Beta Buana.
Masa Pembentukan
Dalam keterbatasan dan kelemahan mereka sebagai manusia, ditambah kondisi mama dan kakak perempuannya menderita sakit parah tanpa adanya biaya pengotaban, sebuah keputusan yang manusiawi juga kalau pada akhirnya dia memutuskan meletakkan jabatannya sebaga pendeta pada bulan Mei 1975.
Desa Pacet merupakan tempat usaha beliau pertama kali sebagai wiraswasta. Sejumlah bidang tanah mulai dikelola dengan cara ditanami bawang putih. Usaha ini rupanya menemui kegagalan. Beralih ke padi, rupanya Tuhan masih belum memberkati usaha ini karena akhirnya gagal. Dari usaha pertanian, beliau beralih ke peternakan, beternak ayam. Usaha yang ketiga ini ternyata juga mengalami kehancuran yang menyedihkan. Tetapi rupanya belum ada kata putus asa, beliau beralih bergerak di bidang perkayuan. Usaha ini membuat beliau semakin jauh dari Tuhan dan akhirnya kegagalan jualah yang dituai.
Setelah kegagalan tadi, beliau kembali merintis usaha di bidang mebel. Usaha ini pun belum dapat dikatakan maju. Pada tahun 1982, beralih ke usaha bangunan. Bidang ini juga mengalami kehancuran. Kehancuran demi kehancuran menyebabkan hutang beliau menumpuk dan tak mungkin terlunasi. Keadaan ini sekaligus menghancurkan harapan hidup beliau.
Masa Pemulihan
Kegagalan demi kegagalan akhirnya membuat beliau sadar bahwa Tuhan tidak menghendaki beliau bekerja di bidang usaha duniawi. Kalau sejak permulaan Tuhan sudah memanggil dengan cara yang ajaib, dengan kesabaran dan kasih-Nya Tuhan memanggil untuk yang kedua kalinya.
Tahun 1983, dia beserta keluarganya kembali ke Mojokerto. Dalam penyerahannya kembali kepada Tuhan, Tuhan berkenan memakai beliau kembali. Undangan demi undangan untuk berkotbah mulai mengalir. Tuhan mulai menunjukkan kuasa-Nya dengan mencukupi kebutuhan hidup beliau sekeluarga. Dan bukan itu saja, hutang-hutang beliau bisa terlunasi semuanya karena Tuhan mengalirkan berkat-Nya secara melimpah dan ajaib.
Lewat uluran tangan seorang hamba-Nya sebagai donatur, Tuhan memberikan kesempatan kedua bagi Andreas Hendra Buana untuk melanjutkan studinya kembali sebagai hambaTuhan di Universitas Duta Wacana pada tahun 1984. Lulus dengan gelar Sarjana Theologia tahun 1985, pada tahun yang sama beliau ditahbiskan kembali menjadi seorang pendeta dan melayani di GKI Mojokerto. Tuhan melayakkan beliau untuk menjadi hamba-Nya kembali.
Masa Penyempurnaan
Setelah melayani kurang lebih 6 tahun di GKI Mojokerto, dia melayani di GKI Darmo Satelit Surabaya sejak tahun 1991. Memasuki tahun keenam pelayananya di GKI Darmo Satelit, Tuhan makin menampakkan penyertaan-Nya pada beliau sekeluarga. Pelayanan beliau di gereja ini semakin diberkati.
Pada tanggal 14 April 1997 lalu, GKI Darmo Satelit berkesempatan untuk merayakan HUT Pernikahan Perak Pdt. Andreas Hendra Buana, S.Th dan Ibu Elly Buana. Tanpa disadari rupanya Tuhan memberkati pernikahan mereka berdua selama 25 tahun.
Sebuah kotbah oleh Pdt. Petrus Prasetya yang mengungkapkan kilas balik perjalanan hidup Pdt. Andreas Hendra Buana, S.Th sekeluarga sungguh-sungguh membangkitkan semangat jemaat yang mendengarkan. Inti kotbah beliau, bahwa Tuhan Yang Maha Baik telah berkenan ‘menangkap’ Pdt. Andreas Hendra Buana, S.Th untuk boleh dipakai kembali oleh-Nya.
‘Ajar Kami Tuhan’ dinyanyikan sebagai perenungan kembali Firman Tuhan. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari wakil majelis jemaat gereja setempat dan kata sambutan dari wakil keluarga Pdt. Andreas Hendra Buana, S.Th yang disampaikan oleh beliau sendiri.
Para pendeta bersama istri mereka turut menyumbangkan suara mereka dalam bentuk paduan suara yang indah, disusul paduan suara oleh Komisi Pemuda Remaja GKI Darmo Satelit.
Setelah acara pemotongan kue, kedua anak mereka Yoshua dan Billy menyampaikan sepatah kata ucapan terima kasih kepada kedua orangtua yang telah membimbing mereka. Lagu yang mereka berdua nyanyikan menambah keharuan suasana saat itu.
Walau bagaimanapun kesusahan seorang hamba Tuhan, pasti ada sukacita yang disediakan Tuhan. Tuhan memberkati.
(Hendrarto)
(Profil Pdt. Hendra Buana – BERKAT edisi 36 Tahun 1997)