Musibah seringkali menghampiri kita dalam pelbagai bentuk, mulai dari bencana, sakit penyakit, kecelakaan, pemutusan hubungn kerja, kegagalan usaha, perceraian, hingga kematian orang-orang yang kita kasihi.
Belum lagi akibat dari faktor disrupsi teknologi yang tak terelakkan. Ya, kehadiran teknologi memang telah membawa pelbagai macam perubahan di segala bidang yang mengancam kelangsungan hidup sebagian orang.
Mengenal Tuhan Melalui Musibah
Musibah yang terjadi kadang diperlukan hadir untuk mengingatkan kita agar mawas diri dan mulai belajar. Karena musibah seringkali membuat lemah kerohanian kita, iman percaya kita menjadi kendor seolah tidak ada harapan lagi untuk kembali bangkit.
Maka diperlukan pengenalan kuat akan Tuhan sang sumber pengharapan. Sebab ketika kita mengenal Tuhan, di situ kita menemukan kekuatan dan ketegaran. Jiwa kita bisa saja lemah, tetapi rohani kita haruslah tetap kuat. Saat rohani kita kuat maka kita bisa datang dan meminta kepada Tuhan sebagai sumber kehidupan.
Mengenal terlebih dulu dapat membawa sesuatu yang baik terjadi di hidup kita. Kehidupan sebuah keluarga akan berjalan baik jika masing-masing anggota keluarga saling mengenal, bukan? Mengenal di sini berarti tahu sifat masing-masing dan berusaha saling mengerti satu sama lain.
Seperti orang tua yang bijak, biasanya akan berusaha mengenal anak-anaknya berdasarkan keadaan dan sifatnya masing-masing, demikian pula sebaliknya. Sedangkan orang tua egois cenderung tidak mau mengerti anaknya. Orang tua seperti ini biasanya hanya mau anaknya saja yang harus mengerti dan menuruti.
Relasi yang baik adalah relasi yang saling mengenal. Seperti Kristus yang sudah mengenal kita, kita pun harus mengenal lebih dalam akan kuasa Tuhan, akan kehendak dan maksud Tuhan, dan akan karya-Nya di dalam hidup kita.
Keteguhan Dalam Permohonan Kepada Tuhan
Seberapa sering kita kemudian menyerah untuk datang dan memohon kepada Tuhan? Keadaan sekitar, persoalan yang kita hadapi, pendapat miring orang lain serta berita-berita tidak benar, seringkali menjadi penghambat kita datang pada Kristus. Ketakutan dan stres membuat kita menyerah sebelum berjuang.
Hambatan lain yang seringkali terjadi adalah saat kita sudah datang dan memohon pada Yesus, tetapi yang kita minta lebih kepada keinginan dan bukan kebutuhan kita. Sikap kitalah yang menjadi hambatan memohon kepada Tuhan. Seringkali kita memohon berdasarkan emosi dari keinginan diri.
Musibah membuat banyak orang menjadi sedih, lemah dan stres, itu sangatlah wajar. Namun, yang perlu kita yakini bahwa itu semua membawa kita menjadi lebih baik, membuat kita hanya berharap pada sang empunya kehidupan.
Mari, terus bersiap diri. Evaluasi setiap hari, lakukan pembelajaran tiada henti.
Jangan takut untuk mencoba, berjuang dan memulai meski itu hal yang baru, asalkan kita melakukannya bersama Kristus
Ingat, di balik setiap musibah selalu ada pembelajaran, ada pertumbuhan mental dan iman yang membuat kita makin bergantung sepenuhnya hanya kepada Tuhan. Jika kita mau mempercayakan kepada-Nya, maka mental kita makin kokoh dan kita makin sadar bahwa Tuhan tetap memelihara di setiap situasi.
Mazmur 55 ayat 22 mengatakan, “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.”
Janganlah kita mudah menyerah dengan keadaan ini. Tetapi jika kita benar-benar sudah tidak mampu lagi, menyerahlah hanya kepada Tuhan Yesus.
“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:29-31).
Saat kita menyerah di hadapan-Nya, Bertekuk lutut di dekat-Nya, maka Yesus akan memberi pertolongan. Sebab di saat kita sudah tidak sanggup lagi, justru Tangan Tuhan bekerja.


